Senin, 15 April 2013

PARASIOTID dan PREDATOR SERANGGA HAMA




Musuh alami terdiri dari pemangsa/predator, parasitoid dan patogen. Pemangsa adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memakan binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “predator”. Predator berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa. Parasitoid adalah serangga yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain, dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama, sedangkan parasit tidak membunuh inangnya, hanya melemahkan.

Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama. Patogen adalah penyebab penyakit yang menyerang binatang atau makhluk lain. Patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman teh. Ada beberapa jenis patogen, antara lain jamur, bakteri dan virus.

Musuh alami sebaiknya dilestarikan karena mereka merupakan teman petani. Semua jenis musuh alami membantu petani mengendalikan hama dan penyakit. Karena itu, musuh alami jangan dibunuh atau dimusnahkan. Langkah pertama dalam hal melestarikan musuh alami adalah: jangan menggunakan pestisida kimia! Langkah kedua: menjaga berbagai jenis tanaman, terutama tanaman berbunga, di kebun atau sekitar kebun. Jika terdapat bermacam- macam tanaman di kebun, biasanya jumlah musuh alami yang berada di kebun juga lebih banyak. (Baca juga bagian mengenai bunga di halaman ‘Parasitoid’). Langkah ketiga: mengusahakan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan musuh alami tersebut (konservasi).



Kepik predator dari ulat

Patogen Beauveria bassiana membunuh serangga

Lalat parasitoid ini mendekati ulat untuk meletakkan telurnya

Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan Patogen) yang dapat mengendalikan hama penyakit dan gulma (OPT)

Predator / Pemangsa :Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.

Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.

Patogen : Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.

AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan

PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia

PENGENDALIAN HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT


CARA KERJA MUSUH ALAMI (AGENS HAYATI)
Predator :
> Memakan mangsanya secara langsung

Parasitoid :
> Meletakan telur pada tubuh hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya menghisap cairan tubuh hewan sasaran tersebut hingga mati

Patogen :
> Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh
> Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala
> Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh darah, melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh menyebabkan kematian serangga


Pengertian Parasitoid
Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip dengan parasit khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit khusus, parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada inang. Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan untuk tumbuh tanpa mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi bentuk parasitisme, istilah nekrotrof kadang-kadang digunakan, meski jarang.
Jenis hubungan ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi yang cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang bersama dengan inangnya. Banyak biolog yang menggunakan istilah parasitoid untuk hanya merujuk pada serangga dengan jenis riwayat hidup seperti ini, namun beberapa orang berpendapat istilah ini mesti digunakan lebih luas untuk mencakup nematoda parasit, kumbang penggerek benih, bakteri dan virus tertentu (mis. bakteriofag) yang semuanya harus menghancurkan inangnya.


Jenis-jenis parasitoid
Parasitoid idiobion adalah parasit yang mencegah pertumbuhan inang setelah parasitisasi awal, dan khususnya ini melibatkan tahapan hidup inang yang tak bergerak (mis, telur atau kepompong), dan hampir tanpa pengecualian mereka tinggal di luar inang. Parasitoid koinobion memugkinkan inang terus berkembang dan sering tak membunuh atau mengambil makanan dari inang hingga menjadi kepompong ataupun dewasa; yang kemudian khasnya melibatkan hidup dalam inang bergerak. Koinobion dapat dibagi lagi menjadi endoparasitoid, yang tumbuh dalam mangsanya, dan ektoparasitoid, yang tumbuh di luar badan inang, meskipun sering berikatan atau berlekatan dengan jaringan inang.
Tak umum bagi parasitoid sendiri bertindak sebagai inang untuk anak parasitoid lainnya. Yang terakhir ini umum disebut sebagai hiperparasit namun istilah ini agak membingungkan, karena inang dan parasitoid primer dibunuh. Istilah yang lebih baik adalah parasitoid sekunder, atau hiperparasitoid; yang sebagian besar diketahui termasuk ordo Hymenoptera.


Serangga
Sekitar 10% spesies serangga yang tadi dijelaskan adalah parasitoid,. Ada 4 ordo serangga yang khususnya diketahui untuk jenis riwayat hidup ini. Sejauh ini kebanyakan ada dari ordo Hymenoptera. Kelompok terbesar dan paling banyak diketahui menyusun yang disebut "Parasitica" di subordo Apocrita dari Hymenoptera: subkelompok terbesar adalah tawon kalsikoid (superfamilia Chalcidoidea) dan tawon ikneumon (superfamilia Ichneumonoidea), diikuti oleh Proctotrupoidea dan Platygastroidea. Di luar Parasitica banyak garis keturunan Hymenoptera yang termasuk parasitoid, seperti sebagian besar Chrysidoidea dan Vespoidea, dan familia Orussidae dari Symphyta yang jarang. Lalat (ordo Diptera) termasuk beberapa keluarga parasitoid, yang terbesar adalah familia Tachinidae, dan juga familia yang lebih kecil seperti Pipunculidae, Conopidae dll. 2 ordo lainnya adalah "parasit sayap putar" (ordo Strepsiptera), yang merupakan kelompok kecil yang semuanya terdiri atas parasitoid, dan kumbang (ordo Coleoptera), yang mencakup setidaknya familia Ripiphoridae dan Rhipiceridae, sebagian besar parasitoid, dan kumbang keling] (familia Staphylinidae) dari genus Aleochara. Kadang-kadang anggota ordo lain bisa parasitoid; yang paling ternama adalah keluarga ngengat Epipyropidae, ektoparasitoid untuk "planthopper".

Musuh Alami pada Serangga
Agensia Musuh Alami terdiri dari : Parasitoid dan Predator

Parasit and Parasitoid
Parasit adalah organism yang hidup menumpang pada inangnya yang berukuran lebih besar. Parasit mengambil makanan dari tubuh inangnya, parasit juga dapat melemahkan inangnya dan membunuh inangnya,
Parasitoid adalah serangga yang memparasitisasi serangga atau arhtropoda lainnya. Biasanya bersifat parasitic pada fase immature dan hidup bebas ketika memasuki fase dewasa,. Pada umumnya, parasitoid membunuh inang, namun dalam beberapa keadaan, inang bisa hidup dulu sebelum mengalami kematian.
6 ordo serangga (86 families) berpotensi sebagai parasitoid :
  1. - Coleoptera
  2. - Diptera (Tachinidae)
  3. - Hymenoptera (Ichneumonidae, Braconidae dan Chalcidoidae)
  4. - Lepidoptera
  5. - Neuropteran
  6. - Strepsiptera
Parasitoid juga melakukan penetrasi pada dinding tubuh dan bertelur di dalam tubuh inang atau meletakkan telurnya di luar tubuh inang. Kemudian dari telur tersebut menetas larva yang kemudian menetas dalam tubuh inang.
Parasitoid umumnya digunakan sebagai agen biocontrol, karena memiliki keuntungan sebagai berikut :
  1. Daya survivalnya cukup baik
  2. Hanya memerlukan satu (atau beberapa inang) untuk melengkapi perkembangan parasitoid
  3. Populasi parasitoid bisa sustain pada jumlah inang yang sedikit.
  4. Kebanyakan parasitoid memiliki kisaran inang yang sempit, seringkali menghasilkan respon numeric yang baik terhadap kepadatan inang.
  5. Sedangkan beberapa kekurangan penggunaan parasitoid, adalah sebagai berikut :
Kapasitas pencarian inang dapat berkurang dengan cepat karena sangat dipengaruhi oleh suhu atau factor lainnya.
Hanya betina melakukan pencarian, dan seringkali pencari yang baik hanya menghasilkan sedikit telur.
Sinkronisasi juga merupakan suatu masalah sulit yang dihadapi parasitoid,. Untuk menjadi efektif, siklus hidup parasitoid harus bertepatan dekat dengan inangnya sebelum menjadi stabil dan terjadi supresi. Sinkronisasi bisa tergantung oleh beberapa kondisi lingkungan, yang menyebabkan parasitoid gagal untuk mengurangi jumlah inang secara signifikan.

Nematoda parasit serangga.Penggunaan nematode sebagai agen pengendali hayati telah dilakukan pada beberapa jenis hama, diantaranya bark bettles ( Coleptera : Scolytidae), Belalang (acrididae) dab black flies ( Diptera : simuliidae)
Contoh nematode yang digunakan dalam praktek pengendalian hayati : Mermithidae, Neotylenchidae, dan Steinernematidae,.

Parasit yang tidak menguntungkanParasitoid juga memiliki parasit yang membunuh mereka ketika parasitoid sedang tumbuh di dalam tubuh inangnya, atau dikenal dengan hyperparasitism. Parasit yang pertama kali memparasit dinamakan parasit primer, kemudian yang selanjutnya dinamakan parasitoid sekunder.

Predator
Predator adalah organism yang hidup bebas yang memangsa organism lainnya. Predator dapat menyerang dari mulai fase immature (pra dewasa) sampai dengan fase dewasa dari serangga mangsa. Dan untuk mencapai fase dewasa, predator membutuhkan lebih dari satu individu inang.
Predator serangga di alam, terdiri dari burung,ikan, ampibi, reptile, mamalia dan arthropoda. Pada umumnya yang biasanya digunakan sebagai agen biocontrol dalam pengendalian hama adalah serangga dan tungau (mites).

Jenis – jenis predator :
  1. Predator monofagus : adalah predator yang hanya memakan satu jenis mangsa
  2. Predator oligofagus : memakan beberapa jenis mangsa
  3. Predator polifagus : memakan banyak jenis mangsa.
Keuntungan dari predator yang bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada kondisi jumlah populasi mangsa yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa alternatif

Karakteristik Predator
  1. Dapat membunuh mangsa dengan cepat
  2. Hampir semua individu pada populasi mangsa/hama (jantan, betina., immature, ataupun dewasa) dapat dimangsa oleh predator
  3. Sinkronisasi antara predator dengan mangsa bukan merupakan suatu masalah.
Akan tetapi penggunaan predator dalam program pengendalian hama, tidak sebanyak penggunaan parasitoid.


Mikroorganisme Patogenik
Mikroorganisme yang pertama kali ditemukan menyerang serangga adalah mikroorganisme yang menyerang lebah Apis melifera dan ulat sutera Bombyx morii.
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit pada serangga terdiri dari bakteri, virus, protozoa, fungi dan rickettsia. Mikroorganisme ini menyebabkan penyakit yang membunuh serangga sekaligus, mengurangi kemampuan reproduksi serangga, dan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan serangga. Organism ini dapat menyebabkan epidemic penyakit pada populasi serangga secara alami, dan pemahaman mengenai cara kerja mikroorganisme ini merupakan bagian penting dalam memprediksi dinamika populasi pada banyak hama.

Mikroba yang digunakan dalam program pengendalian hama, dinamakan microbial insecticide. Beberapa contoh insektisida mikroba yang telah digunakan sebagai agen pengendali hayati adalah sebagai berikut :
Genus Bacillus, misalnya B. popiliae untuk mengendalikan Japanese bettle Popilia japonica. Bacillus thuringensis (Bt) yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada banyak spesies ngengat (lepidoptea), nyamuk (Diptera ; Culicidae) dan beberapa jenis kumbang (coleoptera).
Virus merupakan salah satu agen biocontrol yang berpotensi, salah satunya adalah virus yang berasal dari golongan Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV). Selain itu, granulosis, cytoplasmic polyhedrosis, and entomox viruses juga berpotensi sebagai biocontrol.

Masa depan pengendalian hayati dengan menggunakan mikroba patogenik memiliki prospek yang cukup baik, terkait dengan issue pencemaran produk pertanian dan kontaminasi lingkungan.
Peningkatan teknologi dalam bioteknologi sebaiknya dapat menurunkan biaya produksi dari insektisida mikroba dan meningkatkan efisiensi.


Sepuluh spesimen musuh alami baik yang predator maupun parasitoid.
Ischideon scultellaris
Serangga ini merupakan lalat yang dianggap sebagai predator yang memangsa serangga kecil. Kakinya panjang sekali dan warnanya hijau kilat yang cemerlang. Ia dapat berlari dengan cepat. Lalat ini dapat ditemukan di kebun teh dan senang sekali hinggap di atas daun di bawah cahaya matahari. Lalat ini adalah makhluk siang hari. Larva lalat menari adalah pemangsa kutu daun dan serangga kecil lain yang efektif.

Daur hidup
Lalat dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi kepompong. Lalat dewasa sering mengunjungi kebun dan merupakan predator.

Verania afflicta
Eriborus argentiventes pilosus
Eriborus argenteopilosus termasuk ke dalam ordo Hymenopthera Famili Ichneumonidae, parasit ini sering disebut parasit pinggang ramping yang memiliki ciri-ciri : Tubuh ramping berbentuk seperti tabuhan, ukuran 3-40 mm. pada sayap depan terdapat gambaran seperti kepala kuda atau ada dua pembuluh melintang, mempunyai dua recurrent vena. Antenna beruas 16 buah atau lebih, sedikitnya setengah pajang tubuh. Ovipositor panjang (sampai 15 mm). Bervariasi dalam bentuk dan warna. Beberapa berwarna kekuningan hitam, sebagian lagi mempunyai antenna yang pertengahannya kekuningan atu keputihan. Pupa mempunyai bentuk yang bervariasi, masing-masing jenis mempunyai bentuk yang khas.
Hampir di setiap tempat dijumpai anggota ini, baik di lahan basah maupun kering. Mencari mangsa di bagian atas tajuk daun. dengan menggunakan ovipositornya yang panjang, mereka dapat menemukan larva hama meskipun berada di dalam jaringan tanaman. Induk dapat meletakkan beberapa butir telur dalam satu inang. Berperan sebagai parasitoid larva Croccidolomia pavonana pada kubis. Slain itu dapat pula sebagai Parasitoid larva untuk Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.)

Macomia magnifera
Serangga yang terkenal dengan nama capung ini termasuk pada ordo odonata, pada genus Macromia disebut capung penyaring sungai yang merupakan jenis besar yang terdapat sepanjang pinggir-pinggir daunau atau sungai. Capung merupkan penerbang cepat , berwarna cokelat dengan tanda kekuning-kuningan pada toraks dan abdomen serta mempunyai mta yang hijau cemerlang.

Harmonia octomaculata
Harmonia octomaculata merupakan serangga predator yang termasuk ke dalam ordo coleoptera. Serangga ini terkenal dengan ukuran kecil dan seringkali berbintik atau berpita dengan warna cemerlang dan cembung. Kepala tersembunyi dari atas oleh pronotum yang meluas, pada serangga dewasa sering dalam kelompok – kelompok besar di bawah daun pada tumbuhsn di msns terdapat banyak aphid.

Verania lineata
Manthis spp.

Serangga yang lebih dikenal dengan belalang sembah merupakan serangga yang berjalan lamban, besar dan memanjang yang penapilannya menanjukan karena keaneha tungkai belakang yang mengalami modifikasi. Serangga jenis ini merupakan predator atau pemangsa tingkat tinggi dan makan segala macam serangga (termasuk belalang sembh lainnya). Biasanya belalang sembah akan menunggu mangsa dengan posisi diam dan menuggu mangsa dengan tungkai-tungkai depan diangkat ke atas. Belalang sembah sangat bermanfaat sebagai agen pengontrol biologik, dan orang dapat menempatkannya di kebun untuk mengendalikan serangga hama.

Sycanus annulicornis
Leptogaster sp.

Serangga yang termasuk ke dalam golongan ordo hymenopter ini adalah serangga satu kelompok penting dan sangt besar, dan anggota-anggotanya adalah parasit-parasit dari serangga lain.

Menggunakan Serangga Pemangsa dan parasitoid sebagai Pengendalian Hama
  1. Hama adalah makhluk hidup yang menjadi pesaing, perusak, penyebar penyakit, dan pengganggu semua sumber daya yang dibutuhkan manusia. Definisi hama bersifat relatif dan sangat antroposentrik berdasarkan pada estetika, ekonomi, dan kesejahteraan pribadi yang dibentuk oleh bias budaya dan pengalaman pribadi.
  2. Pengkategorian serangga hama didasarkan pada sumber daya yang dipengaruhinya. Tiga kategori umum hama serangga adalah hama estetika, hama kesehatan, serta hama pertanian dan kehutanan. Hama estetika mengganggu suasana keindahan, kenyamanan, dan kenikmatan manusia. Hama kesehatan menimbulkan dampak pada kesehatan dan kesejahteraan manusia berupa luka, ketidaknyamanan, stress, sakit, pingsan, dan bahkan kematian. Sekitar 50% dari seluruh jenis serangga penghuni bumi merupakan serangga herbivora yang dapat merusak tanaman pertanian dan kehutanan secara langsung atau pun tidak langsung.
  3. Pertanian monokultur dengan varietas tanaman yang berproduksi tinggi telah menyediakan pasokan makanan yang seragam kualitasnya dan tidak ada habis-habisnya bagi serangga herbivor. Sistem monokultur juga telah menciptakan kondisi lingkungan yang sangat mendukung bagi peningkatan laju reproduksi dan laju kelangsungan hidup serangga herbivora. Keduanya menjadi pemicu ledakan hama serangga di lahan pertanian.
  4. Pertanian monokultur biasanya menerima asupan energi berupa pupuk buatan dan pestisida. Jika insektisida yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama ternyata juga membunuh atau mengusir musuh alami hama, maka akan terjadi pertukaran dari agen pengendali jangka panjang (musuh alami) ke agen pengendali jangka pendek (insektisida kimia). Apabila pengaruh pengendali kimia tidak ada maka populasi hama akan tumbuh tidak tertahan di lingkungan yang bebas dari musuh alaminya.
  5. Sebagian besar taktik pengendalian hama tidak pernah 100 % efektif. Biasanya akan ada sejumlah kecil hama yang mampu bertahan hidup untuk bereproduksi dan menurunkan materi genetiknya kepada generasi selanjutnya. Apabila materi genetik tersebut membawa gen (atau alel) resisten terhadap insektisida, maka taktik pengendalian yang pernah diterapkan akan kurang efektif terhadap generasi barunya. Populasi hama resisten dapat mencapai ledakan dengan cepat kecuali jika kita mengubah atau memperbarui taktik pengendalian sehingga menjadi lebih efektif.
  6. Mekanisme lain yang menyebabkan ledakan hama adalah perpindahan makhluk hidup, baik sengaja ataupun tidak sehingga mampu melintasi berbagai penghalang geografi antar negara. Jenis-jenis introduksi tersebut menikmati iklim yang sesuai, makanan melimpah, dan tidak ada musuh alami, sehingga populasinya berkembang dengan sangat cepat dan menyebar luas ke lokasi-lokasi lainnya.
  7. Sekarang banyak konsumen menginginkan buah dan sayuran yang bebas sama sekali dari serangga (zero tolerance) dan tidak akan mentoleransi adanya kontaminasi atau kerusakan sedikitpun karena serangga. Produsen telah ditekan oleh konsumen untuk menerapkan praktek pengendalian hama yang lebih keras sehingga dihasilkan komoditas yang diinginkannya. Konsumen tidak menyadari jika penggunaan pestisida yang intensif akan diikuti oleh resurgensi hama dan perkembangan hama sekunder karena tidak ada lagi musuh alaminya, serta munculnya hama resisten terhadap insektisida.

Analisa Ekonomi Pengendalian Hama
  1. Bioekonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara jumlah hama, respons tanaman terhadap luka karena serangan hama, dan kerugian ekonomi yang ditimbulkannya. Bioekonomi membentuk dasar dari penilaian dan pengambilan keputusan dalam pengendalian hama, misalnya konsep tingkat luka ekonomi (economic injury level) yang dicetuskan oleh Stern et al. (1959).
  2. Ahli entomologi mendefinisikan luka (injury) sebagai kerusakan fisik suatu komoditas akibat keberadaan atau aktivitas hama, sedangkan kerusakan (damage) didefinisikan sebagai kerugian nilai moneter suatu komoditas akibat luka. Setiap tingkat serangan hama akan menghasilkan luka, tetapi tidak semua tingkat luka akan menghasilkan kerusakan.
  3. Untuk melihat hubungan antara kepadatan populasi hama serangga dan kerugian ekonomi maka para ahli entomologi telah mengembangkan konsep tingkat luka ekonomi (economic injury level) sebagai tanggapan untuk menemukan cara penggunaan insektisida yang lebih rasional.
  4. Tingkat luka ekonomi (TLE) adalah konsep yang sangat berguna, namun tidak perlu menunggu hingga populasi hama mencapainya untuk memulai operasi pengendalian. Jadi, lebih baik memulai operasi pengendalian sebelum hama mencapai TLE. Untuk itu para ahli entomologi mengembangkan konsep ambang ekonomi (economic threshold) atau ambang aksi (action threshold). Ambang ekonomi (AE) adalah suatu indeks untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan hama.
  5. Ambang ekonomi dapat ditentukan secara subjektif atau objektif. Penentuan secara subjektif merupakan pendekatan kasar karena tidak didasarkan pada penghitungan TLE dan penentuannya hanya didasarkan pada pengalaman para praktisi. Ambang ekonomi objektif, sebaliknya, didasarkan pada penghitungan TLE dan nilainya akan berubah mengikuti perubahan di dalam variabel utama dari TLE.
  6. Berdasarkan kepentingan ekonomi manusia, hama serangga dapat dikelompokkan menjadi hama utama, hama minor, hama potensial, hama sekunder atau sporadis, dan hama kunci. Hama serangga juga dapat dikelompokkan berdasarkan seberapa sering manusia mengendalikannya, yaitu hama persisten, hama kadangkala, dan hama tidak umum atau tidak sering.


Serangga Pemangsa
  1. Secara umum, pemangsa didefinisikan sebagai makhluk hidup yang memakan makhluk hidup lainnya. Pemangsaan merupakan suatu cara hidup yang sumber makanannya diperoleh dengan menangkap, membunuh, dan memakan hewan lain.
  2. Pemangsa dari kelompok arthropoda terdiri atas sejumlah besar jenis serangga, ditambah dengan laba-laba dan tungau pemangsa. Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 200.000 jenis pemangsa arthropoda, termasuk berbagai jenis laba-laba dan tungau pemangsa. Serangga pemangsa terdiri atas lebih dari 16 bangsa dan kurang lebih 2000 suku.
  3. Karakteristik umum serangga pemangsa:
    a. mengkonsumsi banyak individu mangsa selama hidupnya,
    b. umumnya berukuran sebesar atau relatif lebih besar daripada mangsanya,
    c. menjadi pemangsa ketika sebagai larva/nimfa, dewasa (jantan dan betina), atau keduanya,
    d. pemangsa menyerang mangsa dari semua tahap perkembangan,
    e. biasanya hidup bebas dan selalu bergerak,
    f. mangsa biasanya dimakan langsung,
    g. biasanya bersifat generalis,
    h. seringkali memiliki cara khusus untuk menangkap dan menaklukkan mangsanya.
  4. Beberapa bangsa serangga yang penting sebagai pemangsa dalam pengendalian alami dan hayati, antara lain adalah Coleoptera, Hemiptera, Neuroptera, dan Diptera. Kelompok pemangsa penting yang bukan serangga adalah laba-laba dan tungau pemangsa.


Pemilihan Mangsa
  1. Istilah-istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan kisaran mangsa adalah monofagus (pemakan satu jenis mangsa), oligofagus atau stenofagus (pemakan beberapa jenis mangsa yang masih berkerabat), dan polifagus (pemakan banyak jenis mangsa dari kelompok yang berbeda). Pemangsa monofagus dan oligofagus disebut juga spesialis, sedangkan pemangsa polifagus disebut generalis.
  2. Di alam, lebih banyak ditemukan pemangsa polifagus atau oligofagus daripada pemangsa monofagus. Kisaran hama yang sempit pada pemangsa oligofagus sering kali didasarkan pada keterkaitan taksonomi mangsa.
  3. Pengetahuan mengenai filogeni pemangsa dan mangsa sangatlah penting untuk memahami kekhususan mangsa dan preferensi mangsa.
  4. Tipe mangsa yang dimakan oleh pemangsa merupakan interaksi dari berberapa faktor (fisiologi, perilaku, dan ekologi), yaitu:
    a. ketersediaan/kelimpahan relatif dari tipe mangsa yang khusus,
    b. perilaku pemangsa dalam mencari makan,
    c. kesesuaian nutrisi mangsa, dan
    d. risiko pemangsaan yang berasosiasi dengan upaya dalam memperoleh mangsa.Kecuali keempat faktor di atas, perilaku oviposisi betina berperan penting dalam menentukan mangsa yang tersedia untuk larvanya.
  5. Secara tradisional perilaku pemilihan mangsa atau inang dibagi menjadi empat komponen yang sering kali digabungkan bersama, yaitu penentuan lokasi habitat mangsa, penentuan lokasi mangsa, penerimaan mangsa, dan kesesuaian hama. Dalam proses pemilihan mangsa, umumnya pemangsa menggunakan kombinasi pertanda fisik (penglihatan dan sentuhan) dan pertanda kimiawi (bau dan rasa).
  6. Senyawa kimia semio (semiochemical) adalah senyawa kimia yang digunakan sebagai media komunikasi makhluk hidup, terdiri atas feromon (pheromone) dan senyawa kimia allelo (allelochemical). Feromon digunakan untuk komunikasi intraspesifik, sedangkan senyawa kimia allelo digunakan untuk komunikasi interspesifik. Senyawa allelo disebut kairomon (kairomone) jika yang menerima pesan memperoleh keuntungan dan disebut alomon (allomone) jika yang memberi pesan memperoleh keuntungan dan penerima menderita kerugian. Kecuali itu, ada sinomon (synomone) yang menguntungkan pemberi dan penerima pesan, serta apneumon (apneumone) yang dikeluarkan oleh materi tidak hidup dan menguntungkan penerimanya.
  7. Di samping pertanda visual, senyawa volatil kairomon dan sinomon (sebagai pertanda kimia) juga merupakan pemikat bagi kehadiran jenis-jenis pemangsa tertentu di habitat mangsanya.
  8. Untuk beberapa jenis pemangsa, penentuan lokasi mangsa menggunakan pertanda berupa campuran sinergis senyawa-senyawa yang dihasilkan baik oleh tanaman maupun mangsa.
  9. Probabilitas sejenis mangsa untuk diterima oleh pemangsa tergantung pada kualitas jenis mangsa lain yang ada di lingkungannya. Kisaran hama yang diserang akan lebih sempit apabila hama berkualitas tinggi kelimpahanya tinggi dan melebar jika kelimpahannya rendah.
  10. Pemangsa yang sudah menerima mangsa mungkin akan melanjutkan dengan memakannya sebagai sumber energi untuk perkembangan dan reproduksinya. Namun, jika mangsa tidak sesuai karena kualitas nutrisinya rendah, pemangsa akan menolaknya atau terus melanjutkan makannya tetapi dengan konsekuensi yang buruk.
  11. Beberapa karakteristik musuh alami, termasuk pemangsa, yang diinginkan untuk keberhasilan pengendalian hayati adalah sebagai berikut:
    a. memiliki kemampuan mencari yang baik,
    b. memiliki kekhususan mangsa/inang,
    c. memiliki laju reproduksi yang tinggi,
    d. memiliki kemampuan adaptasi yang baik di habitat mangsa/inang,
    e. memiliki daur hidup yang sinkron dengan mangsa/inang,
    f. memiliki kemudahan untuk diperbanyak.

Serangga Parasitoid
  1. Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis.
  2. Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid).
  3. Parasitoid disebut internal atau endoparasitoid jika perkembangannya di dalam rongga tubuh inang dan eksternal atau ektoparasitoid apabila perkembangannya di luar tubuh inang.
  4. Parasitoid yang membunuh atau yang melumpuhkan inang setelah meletakkan telur disebut idiobiont. Parasitoid yang tidak membunuh atau tidak melumpuhkan secara permanen setelah melakukan oviposisi disebut koinobiont.
  5. Parasitoud yang menghasilkan hanya satu keturunan dari satu inang disebut soliter dan disebut gregarius kalau jumlah keturunan yang muncul lebih dari satu individu (tetapi berasal dari satu induk) per inang.
  6. Hiperparasitoid atau parasitoid sekunder adalah parasitoid yang menyerang parasitoid primer. Adelphoparasitoid adalah parasitoid jantan yang memparasiti larva betina dari jenisnya sendiri.
  7. Multiparasitisme adalah parasitisme terhadap inang yang sama oleh lebih dari satu jenis parasitoid primer, superparasitisme adalah parasitisme satu inang oleh banyak parasitoid dari jenis yang sama.
  8. Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.
  9. Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan. Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae.
  10. Parasitoid dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis terhadap introduksi musuh alami ke Amerika serikat menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali lebih besar daripada pemangsa.

Pemilihan dan Kisaran Inang
  1. Dalam proses pemilihan inang, semua parasitoid melalui suatu rangkaian proses yang terdiri atas
    (1) pemilihan habitat inang,
    (2) penentuan lokasi inang,
    (3) pe-nerimaan inang, dan
    (4) kesesuaian inang. Keberhasilan parasitisme sangat tergan-tung pada keempat proses tersebut.
  2. Dalam proses pemilihan inang, parasitoid berhadapan dengan berbagai pertanda yang sangat beragam sesuai dengan jaraknya dari inang. Pada jarak jauh, pertanda kimia (dari lingkungan inang) hanya memberikan informasi mengenai keberadaan habitat. Ketika parasitoid semakin mendekati inang, senyawa semiokimia yang berasal dari inang, aktivitas inang, dan organisme lain yang berasosiasi dengan inang akan menjadi petunjuk mengenai lokasi dan keberadaan inang. Pertanda visual, seperti warna, bentuk, dan pola-pola yang berasosiasi dengan inang, digunakan untuk meningkatkan efisiensi pencarian parasitoid.
  3. Pemilihan habitat inang menggunakan pertanda yang berasal dari habitat tanpa tergantung pada ada atau tidak inang di dalamnya. Pertanda yang digunakan untuk pemilihan habitat biasanya visual atau bau senyawa volatil.
  4. Penentuan lokasi inang terjadi setelah parasitoid berada di habitat yang tepat. Beragam pertanda akan membantu membawa parasitoid dari habitat inang (habitat) ke lokasi spesifik inang. Pertanda-pertandanya lebih spesifik, sangat dikenali, dan berjarak lebih dekat daripada pertanda habitat. Pertanda mungkin berasal dari inang, produk buangan inang, tanaman yang dimakan inang, atau dari organisme lain yang berasosiasi dengan inang. Pertanda lokasi inang dapat berupa bau, visual, sentuhan, atau suara.
  5. Penerimaan inang adalah keputusan ya atau tidak (menerima atau menolak) ketika parasitoid menemukan inangnya. Pertanda yang digunakan meliputi senyawa kimia pada permukaan tubuh inang atau di dalam darah, dan pertanda fisik seperti ukuran, bentuk, umur, atau tekstur inang.
  6. Setelah inang ditemukan dan dapat diterima, maka inang tersebut haruslah sesuai secara fisiologi dan nutrisi demi keberhasilan perkembangan keturunan parasitoid. Ukuran dan umur inang akan mempengaruhi kesesuaiannya.
  7. Kisaran inang parasitoid adalah semua jenis inang yang diserang sehingga parasitoid berhasil memperoleh keturunannya. Untuk parasitoid yang menyerang banyak inang digunakan istilah generalis (polifagus), sedangkan yang menyerang sedikit atau satu inang disebut dengan spesialis (oligofagus atau monofagus). Kisaran inang potensial adalah semua jenis yang dapat diserang sehingga parasitoid dapat berkembang di dalamnya, sedangkan kisaran inang aktual adalah jenis-jenis yang biasa digunakan parasitoid sebagai inang. Kemungkinan penyebab perbedaan antara inang potensial dan aktual terletak pada urutan proses yang harus dilalui parasitoid untuk menggunakan sejenis inang.
  8. Prediksi umum mengenai kisaran hama menyatakan bahwa parasitoid telur dan pupa mempunyai kisaran hama yang lebih lebar daripada parasitoid larva, dan ektopara-sitoid mempunyai kisaran hama yang lebih lebar daripada endoparasitoid. Keduanya berkaitan dengan sistem kekebalan yang dimiliki oleh inang. Endoparasitoid umumnya menyerang inang yang tubuhnya terlihat. Parasitoid yang menyerang inang dalam keadaan terlihat menunjukkan kisaran hama yang terbatas (spesialis). Sebaliknya, ektoparasitoid cenderung menyerang inang yang tubuhnya terlindung di dalam jaringan daun, kulit kayu, batang, atau jaringan-jaringan lain. Parasitoid yang menyerang inang dengan tubuh tersembunyi menunjukkan spektrum inang yang lebar (generalis).
  9. Keseluruhan proses pemilihan inang akan menentukan kisaran inang. Rangkaian proses tersebut akan menjelaskan ketidaksesuaian antara kisaran hama potensial dan aktual karena setiap tahap urutan akan mengurangi jumlah jenis inang yang akan ditemukan dan diserang parasitoid.
  10. Untuk mempertahankan diri, inang mungkin menangkal parasitoid secara eksternal sebelum terjadi oviposisi, atau secara internal setelah oviposisi terjadi. Reaksi pertahanan eksternal dapat dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh, atau inang pindah ke bagian lain yang lebih aman. Reaksi pertahanan internal terdiri atas reaksi seluler (enkapsulasi dan melanisasi) dan reaksi humoral. Secara umum, inang yang berbeda menggunakan mekanisme pertahanan yang berbeda untuk menghadapi parasitoid yang sama, tetapi parasitoid yang berbeda akan menyebabkan reaksi pertahanan yang sama dari inang yang sama.


Praktek Pengendalian Hayati
Praktek pengendalian hayati terdiri dari tiga macam cara yaitu : introduksi, augmentasi, dan konservasi.
Introduksi
Introduksi merupakan praktek klasik dalam pengendalian biologi, dikenal juga dengan istilah importation, karena program biocontrol yang pertama muncul menggunakan cara ini.
Dasar dari praktek pengendalian ini adalah mengidentifikasi musuh alami yang mengatur populasi hama pada lokasi aslinya, kemudian diintroduksikan ke dalam suatu daerah yang baru untuk mengendalikan hama, kemudian musuh alami akan reasosiasi dengan mangsa/inangnya.
Harapan dari musuh alami yang diintroduksikan, akan menjadi stabil di lapangan, dan secara permanent mengurangi populasi serangga hama, sehingga berada di bawah ambang ekonomi.

Augmentasi
Definisi Augmentasi adalah melepaskan dalam jumlah besar musuh alami yang telah diproduksi massal dengan tujuan untuk meningkatkan populasi musuh alami di habitat pelepasan atau membanjiri (inundasi) populasi hama dengan musuh alami

Konservasi
Kemungkinan kebanyakan praktek yang dilakukan dalam biocontrol adalah dengan menerapkan konservasi musuh alami. Tujuan dari program konservasi ini adalah untuk menjaga dan mempertahankan populasi predator dan parasitoid yang ada di lapangan.
Intinya Artikel diatas adalah bagaimana caranya petani dapat mengendalikan dan menekan populasi serangga hama yang ramah lingkungan. Secara umum petani masih mengandalkan penggunaan pestisida kimia yang nota bane penyumbang kerusakan alam.
Lalu bagaimana upaya petani dalam mendukung program penggunaan Parasitoid serangga maupun predator ? sebab secara praktek pertani tidak mungkin bisa membiakkan Parasitoid maupun Predator secara invitro kerena Parasitoid maupun Predator membutuhkan serangga hama untuk rantai makanannya. Atau memanfaatkan tubuh serangga hama untuk kelangsungan hidupnya.
Dan ada satu peran manusia yang dapat menyumbang pengendalian serangga hama secara alami dan ramah lingkungan yaitu manusia mengkonsumsi serangga hama sebagai sumber protein tambahan.



REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Parasitoid
http://massofa.wordpress.com/2008/01/31/menggunakan-serangga-pemangsa-dan-parasitoid-sebagai-pengendalian-hama/
http://z47d.wordpress.com/2010/04/18/musuh-alami-serangga-hama/
http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/musuh-alami-pada-serangga/
http://suptpkabtasikmalaya.blogspot.com/2011/01/pengenalan-dan-pemanfaatan-musuh-alami.html
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/270321
http://www.scribd.com/doc/49696648/Dinamika-Populasi-Serangga-Dan-Musuh-Alami-II
http://eviekepompong.blogspot.com/2011/04/interaksi-parasitoid-hymenoptera-dengan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar