Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M.Sc
Staf Pengajar Departemen HPT FP USU
A. Pendahuluan
Padi merupakan bahan makanan pokok bagi ra
kyat Indonesia. Sebagian masyarakat kita
sumber makanannya dapat berasal dari ja
gung, sorghum dan sagu. Namun padi lebih
popular, walaupun sekarang harga beras mencapai harga yang sangat tinggi (Rp. 6000,-
sampai 7.000,- per kilogram). Oleh karena
itu, kebijakan-kebijakan pokok yang perlu
dievaluasi pemerintah dalam meningkatk
an produksi padi antara lain adalah:
1.
Perluasan intensifikasi dengan Panca Usaha
Tani di daerah-daerah sentra penghasil
padi, termasuk jaminan pengairan. Contohnya
padi gogo rancah yang kurang terjamin
pengairannya, padi pasang su
rut/lebak dan intensifikas
i padi gogo di tanah kering.
Disamping itu, eksentifikasi secara luas (p
embukaan lahan baru dan transmigrasi)
tetap dilakukan.
2.
Meningkatkan pengadaan bibit unggul dan pe
njualan bibit dengan harga terjangkau.
3.
Menyempurnakan sistem pengadaan dan dist
ribusi termasuk memperluas penyebaran
para pengecer sarana produski, seperti pupuk dan obat-obatan pemberantas hama.
4.
Meningkatkan penyediaan prasarana pr
oduksi, yaitu fisik dan kelembagaan.
5.
Menyempurnakan sistem dan perluasan penye
diaan kredit bagi petani dan penggarap.
Sumber: Divisi Pengembanga
n Produksi Pertanian (1973).
Dalam praktek di lapangan setiap penggunaan
bibit unggul baru sering
menimbulkan atau
mengundang hama atau penyakit tanaman baru. Karena itu Pemerintah (baca:
Departemen Pertanian) selalu waspada da
n bijaksana dalam penggunaan benih varietas
unggul yang baru dan selalu menganjurka
n agar disertai dengan usaha-usaha
penyempurnaan organisasi pengamatan dan
peramalan serangan hama dan penyakit
(Divisi Pengembangan Produksi Pertanian,1973).
Hama dan penyakit pada tanaman padi sa
ngat beragam, disamping faktor lingkungan
(curah hujan, suhu dan musim) yang sanga
t mempengaruhi terhadap produksi padi.
Belum lagi mahalnya bibit, biaya produksi,
pengangkutan dan harg
a jual yang rendah
sehingga petani jarang dapat meningkat
kehidupan dan kesejaht
eraan keluarganya.
Dihadapkan pada persoalan dilematis ini,
tidak pernah ada penyelesaiannya. Sebagai
praktisi di bidang hama dan penyakit ta
naman, kita dapat memainkan peran dengan
memberikan gambaran dan penyuluhan tentang hama-hama pada tanaman padi.
Ameilia Zuliyanti Siregar : Hama-Hama Tanaman Padi, 2007
USU Repository © 2007
2
B. Hama- Hama Tanaman Padi
Hama-hama tanaman padi menurut Ka
rtasapoetra (1993) terdiri dari :
1.
Hama Sundep (
Scirpophaga innotata
)
Hama endemis ini berkembang dari
dari pantai hingga daerah pedalaman dengan
ketinggian 200 meter diatas permukaan laut
, dengan curah hujan (kurang dari 200
mm) terjadi bulan October-November. Ta
nda-tanda hama ini dimulai dengan
melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu
kecil berwarna putih pada sore dan
malam hari) setelah 35 hari masa huja
n. Kupu-kupu ini melakuka
n terbang sekitar
dua minggu, menuju daerah-daerah persemaian
tanamaan padi. Selanjutnya telur-telur
(170-240 telur) diletakkan dibawah daun pa
di yang masih muda dan akan menetes
menjadi ulat perusak tanaman padi sete
lah seminggu. Penyerangan ini dikenal dengan
nama “Hama Sundep” dan “Hama Beluk”, Pe
rbedaan keduanya dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan
Hama Sundep dan Hama Beluk.
Hama Sundep
Hama Beluk
Menyerang daun padi muda, menguning
dan mati. Walaupun batang padi bagian
bawah masih hidup atau membentuk
anak tanaman baru tapi pertumbuhan
daun baru tidak terjadi.
Menyerang titik tumbuh tanaman padi
yang sedang bunting sehingga buliarn
padi keluar, berguguran, gabah-gabah
kosong dan berwarna keabu-abuan.
Sumber: Kartasapoetra (1993).
Untuk membasmi hama-hama ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1. Petani menyebarkan bibit-bibit ta
naman padi di persemaian setelah tahu jadwal
invasi serangan ulat-ulat ini diperkirakan telah selesai.
2. Penanaman padi yang memiliki daya regenerasi yang tinggi.
3. Menghancurkan telur-telur
S. innotata
yang teradapt dil ;ingkungan persemaian
dan membunuh larva-larva yang abru menetas.
4. Melakukan tindakan preventif
dengan penyemprotan persemaian menggunakan
insektisida yang resistensi.
5. Bibit-bibit tanaman padi yang
akan disemai dicelupkan dalm herbisida.
6. Setelah invasi
S. innotata
dilakukan penyemprotan insektisida yang mematikan
telur dan larva.
7. Crop rotation (per
giliran tanaman), setelah penanama
n padi batang atau jeraminya
harus dibenamkan kedalam tanah/lumpur.
8. Menarik perhatian
S. innotata
menggunakan perangkap jebak berwarna atau
lampu petromaks.
Ameilia Zuliyanti Siregar : Hama-Hama Tanaman Padi, 2007
USU Repository © 2007
3
2. Ulat Penggerek (
Scahunobius bipunctifer
)
Gangguan dan kerusakan pada tana
man padi gandu, terutama daerah pegunungan,
daya pengrusakannya tertuju pada ba
gian-bagian pucuk tanamaan sehingga
mematikan tanaman padi. Daur hidup mirip dengan
S. innotata,
biasanya 30 hari
tetapi tidak memiliki diapause sehi
ngga meningkatkan kupu-kupu betina (warna
kuning muda) dan jantan (warna sawo matang)
dengan jumlah telur (150 butir) yang
diletakkan di bagian bawah daun padi muda yang ditutupi oleh lapisan bulu. Ulat
akan menggerek batang padi yang muda
menuju titik tumbuh yang masih lunak.
Pemberantasan dilakukan menggunakan insektis
ida yang tidak tahan lama atau crop
rotation (berselang-seling dengan menanam palawija).
3.
Hama Putih (
Nymphula depunctalis
)
Menyerang dan bergelantungan pada daun pa
di sehingga berwarna keputih-putihan,
bersifat semi aquatil (me
nggantungkan hidup pada air un
tuk bernafas dan udara).
Kerusakan yang ditimbulkannya dapat me
matikan tanaman padi disebabkan:
1. Gerakan invasi melibatkan banyak ha
ma yang menyerang tanaman padi sebagai
sumber makanannya.
2. Tanaman padi yang diserang kebanyaka
n berasal dari bibit-bibit lemah.
Hama putih akan menjadi kepompong, sarung
/kantong yang selalu
dibawanya akan
ditanggalkan dan dilekatkan pada abtang pa
di, kemudian dimasukinya lagi dan tidak
keluar sampai menjadi kepompong (sekitar
2 minggu). Pembasmian hama ini dapat
dilakukan dengan mempelajari siklus hidup,
mengeringkan petakan-petakan sawah,
membiarkan petak sawah berair dan
diberi minyak lampu atau penggunaan
insektisida ramah lingkungan.
4.
Hama Wereng Coklat (
Nilapervata lugens
)
Hama ini selalu menghisap cairan dan air dari
batang padi muda atau bulir-bulir buah
muda yang lunak, dapat meloncat tinggi dan
tidak terarah, berwarna coklat, berukuran
3-5 mm, habitat ditempat lembab, gelap dan teduh. Telur banyak yang ditempatkan
dibawah daun padi yang melengkung dengan ma
sa ovulasi 9 hari menetas, 13 hari
membentuk sayap dan 2 minggu akan bertelur kembali. Hama ini meluas serangannya
Ameilia Zuliyanti Siregar : Hama-Hama Tanaman Padi, 2007
USU Repository © 2007
4
dilihat dari bentuk lingkaran pada atnama
n dalam petakan padi. Tindakan yang dapat
dilakukan untuk memberantas hama ini dengan
cara preventif, represif dan kuratif.
1.
Tindakan Preventif dengan cara-cara:
a. Serumpun daun padi la
yu, lakukan pemeriksaan dengan teliti.
b. Apabila dirumpun padi dite
mukan seekor wereng, bunuh dan periksa telur-
telurnya didaun lalu daun dicabut da
n dibakar. Periksa tanmaan-tanaman
lainnya yang berdekatan.
c. Apabila dalam serumpun terdapat banyak wereng, lakukan penyemprotan
massal dengan insektisida.
2.
Tindakan Reppresif dilakukan sebagai berikut:
a. Pengeringan pada petakan sawah.
b. Pencabutan dan pembakaran seluruh tanaman.
c. Memilih bibit unggul (PB 30, 32, 34, Sicantik, Bengawan, dan lain-lain) yang
direndam dalam Aldrien 40% (12 gr/1 kg
benih) atau Dildrien 50% WP (10
gr/1 kg benih).
d. Crop rotation (pergiliran padi dan palawija).
3.
Tindakan Kuratif ditempuh dengan:
a. Insektisida butiran menggunakan Fu
radan 30 (17-20 kg/ha), Basudin 10 g 910-
15 kg/ha) dan Diazinon 10G (10-15 kg/ha)
yang ditaburkan di antara larikan
petak sawah tiga atau empat minggu sekali.
b. Penyemprotan insektisida cair seminggu
sekali atau maksimal 10 hari sekali
menggunakan Agrothion 50, Sumithion 50 EC (2 ltr/ha), Karphos 50 EC (2
ltr/ha), DDVP 50 EC (0.6 lt
r/ha), Nogos 50 (0.6 ltr/
ha), Sevin 85 Sp (1.2
ltr/ha), Diazinon 60 EC (1.5 ltr/ha).
5.
Wereng Hijau (
Nephotettix apicalis
)
Merusak kelopak-kelopak dan urat
-urat daun padi dengan alat penghisap pada
moncong yang kuat. Bertelur (sebanyak
25 butir) yang ditempatkan dibawah daun
padi selama tiga kali sampai dia mati.
Cara pemberantasan hama dilakukan dengan
insektisida, pembunuhan hama, rotasi tana
man, perangkap lampu jebak dan lainnya.
6.
Walang Sangit (
Leptocorixa acuta
)
Binatang ini berbau, hidup bersembunyi
direrumputan, tuton, paspalum, alang-alang
sehingga berinvasi pada tanaman padi muda ketika bunting, berbunga atau berbuah.
Walang sangit menempatkan telurnya (14-16
telur hingga 360 butir telur sepanjang
hidupnya) secara berjajaran pada daun. Pembasmian dilakukan pada malam hari
Ameilia Zuliyanti Siregar : Hama-Hama Tanaman Padi, 2007
USU Repository © 2007
5
menggunakan lampu petromaks; memakai umpa
n bangkai bangkai ular, katak, ketam;
dan memanfaatkan insektis
ida (Tjoe T
jien Mo,1953).
7.
Lembing Hijau (
Nezara viridula
)
Berkembang pada iklim tropis, hidupnya be
rkoloni, betina ber
ukuran kecil (16 mm)
dengan 1100 telur selama hidupnya, lama
penetasan 6-8 minggu, jantan berumur 6
bulan. Serangannya tidak sampai menghampak
an padi, tetapi menghasilakn padi
berkualitas jelek (goresan-goresan mem
bujur pada kulit gabah dan pecah pabila
dilakukan penggilingan/penumbukkan). Pe
mbasmian hama dilakukan menggunakan
insektisida sesuai aturan (Tjoe Tjien Mo,1953).
8.
Ganjur (
Pachydiplosis oryzae
)
Berkembang di daerah persawahan RRC, India dan Asia Tenggara. Menyerang
tanaman padi yang penanamannya terlambat,
sekitar bulan Februari dan April.
Menempatkan telur-telurnya pada kelopak
daun padi, larva-larva bergerak menuju
dan memasuki batang-batang padi, daun-
daun membentuk kelongsong sehingga padi
mati. Pembasmiannya dilakukan mengurangi pe
ngairan di sawah (padi jangan sampai
terendam), menggunaakn lampu petromaks, pembinasaan dan penyemprotan
insektisida dengan dosis tepat secara
teratur (Tjoe Tjien Mo,1953).
C. Daftar Pustaka
1.
Divisi Pengembangan Produksi Pertanian.
1973. Pedoman Bercocok Tanam Palawija.
eBpartemen Pertanian, Jakarta.
2.
Kartasapoetra, AG. 1993. Hama Tanaman
Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara,
Jakarta.
3.
Tjoe Tjien Mo. 1953. Memberantas Hama
Padi di Sawah dan Gudang. Jakarta.
Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1118/1/07004376.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar