Sabtu, 29 September 2012

Hama dan Penyakit Anggrek

Jenis Hama dan  Penyakit Tanaman Anggrek - Budidaya Petani. Jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman bunga anggrek tergolong banyak. Berikut hama dan penyakit pada yang menyerang pada berbagai jenis anggrek dan beberapa tips untuk menangulanginya
A.Hama
1.Tungau/kutu perisai
  • Gejala: menempel pada pelepah daun; berwarna kemerahan jumlahnya banyak; bekas serangan berupa bercak hitam & merusak daun.
  • Pengendalian: digosok dgn kapas & air sabun; apabila serangan sudah parah, harus disemprot oleh insektisida dgn dosis 2 cc/liter.
2.Belelang
  • Gejala: pinggiran daun rusak dgn luka bergerigi tak beraturan. Utk jenis belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat.
  • Pengendalian: segera semprotkan insektisida yg bersifat racun kontak/yg sistematik; bila jumlahnya sedikit bisa langsung dimusnahkan/dibunuh.
3.Semut
  • Gejala: merusak akar & tunas muda yg disebabkan oleh cendawan.
  • Pengendalian: pot direndam dalam air & ciptakan lingkungan bersih di sekitar rak/sebaiknya pot digantung.
4.Trips
  • Gejala: menempel pada buku-buku batang & daun muda; menimbulkan bercak abu-abu dipermukaan daun & merusak bunga hingga bentuk bunga tidak menarik.
  • Pengendalian: secara periodik & teratur pot anggrek disemprot insektisida.
5.Keong
  • Gejala: menyerang lembaran daun anggrek.
  • Pengendalian: dalam jumlah sedikit cukup diambil/dibunuh; bila jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebak dgn bubuk prusi.
6.Kutu babi
  • Gejala: kerusakan yg ditimbulkan seperti akibat semut; tapi tidak menyerang tunas daun.
  • Pengendalian: perendaman dpt mengusir kutu babi dari pot anggrek.
7.Kumbang
  • Gejala: yg terserang akan berlubang-lubang khusus kumbang penggerek batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang & tidak nampak dari luar; Larvanya yg menetas dari telur merusak daun anggrek.
  • Pengendalian: menyemprotkan tanaman yg diserang dgn menggunakan insektisida sistemik secara rutin; bersihkan pot dari kepompong & telur kumbang dgn jalan memindahkannya ke pot baru & media tanam yg baru pula.
8.Red Spinder
  • Gejala: bercak putih di bagian bawah daun; permukaan atas menjadi kuning & lama kelamaan daun mati.
  • Pengendalian: bila sedikit cukup diambil dgn menggunakan isolatip lalu dibakar/menggosok daun dgn alkohol; apabila banyak maka perlu menggunakan insektisida dgn bahan aktif diazinon, dicofol.
9.Ulat daun
  • Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yg sedang mekar.
  • Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dpt dibunuh dgn tangan; bila banyak dpt menggunakan insektisida sistemik; tanaman yg telah diserang sebaiknya dipisahkan dgn tanaman yg masih sehat.
10.Kutu tudung
  • Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna coklat & mati.
  • Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang & trips.
11.Kepik
  • Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga menyebabkan bintik putih/kuning; tanaman yg diserang lama kelamaan akan gundul & tidak berhijau daun lagi.
  • Pengendalian: semprotkan insektisida yg sama seperti utk membasmi serangga lainnya, seperti ulat, kumbang & trips.
B.Penyakit
1.Penyakit buluk :
  • Sering terdpt di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa oleh biji anggrek karena tutup botol tidak steril.
  • Gejala: biji anggrek tidak mampu berkecambah & persemaian dalam botol akan gagal; kecambah yg telah tumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu.
  • Pengendalian: pada awal serangan media agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali, dilakukan dgn steriil; kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera dikeluarkan dari botol & dicuci dgn fungisida lalu kecambah ditanam dalam pot.
2.Penyakit bercak coklat
  • Kecambah jenis Phalae-nopsis sangat peka terhadap bakteri ini, terutama pada cuaca sangat lembab. Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka pada daun. Sentuhan daun yg sakit pada daun sehat dpt menularkan penyakit ini.
  • Gejala: bercak kecil bening pada pucuk daun. Dalam beberapa hari dpt meluas ke seluruh kompot, daun kecambah anggrek menjadi rusak & mati. Penyakit ini sangat ganas, karena mematikan & cepat menular.
  • Pengendalian: sangat sulit penyakit ini pada awal serangan. Pada serangan yg parah, tidak ada jalan lain kecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek.
3.Penyakit rebah kecambah :
  • Mrp penyakit anggrek selama masih dalam persemaian. Penyebaran penyakit ini lewat air.
  • Gejala: semula berupa bercak kecil bening pada permukaan daun, lalu melebar, menulari ke atas sampai pada titik tumbuh pada tunas serta ke bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan membusuk & mati.
  • Pengendalian: bibit yg sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar sampai musnah. Pot & kumpulan kecambah dikeringkan & disemprot dgn fungisida.
4.Penyakit bercak hitam
  • Pada tanaman anggrek yang, penyakit ini cepat menular malalui akar & alat yg tidak sterill
  • Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada bagian tanaman yg terserang. Mulai dari daun ke atas sampai ke tunas & ke bawah hingga ujung akar. Tanaman terlambat tumbuh, kerdil & mengakibatkan kematian.
  • Pengendalian: bagian yg terserang dipotong & dibuang atau disemprotkan fungisida; alat-alat potong disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan.
5.Penyakit busuk akar
  • Penyebab: cendawan Rhizoctonia Solani.
  • Gejala: akar leher membusuk mencapai rhizoma & umbi batang, daun & umbi batang menguning, berkeriput, tipis & bengkok, tanaman kerdil & tidak sehat.
  • Pengendalian: semua bagian tanaman yg sakit dipotong & dibuang; bekasnya disemprot dgn fungisida (Benlate).
6.Penyakit layu
  • Penyebab: cendawan Fusarium Oxyporium.
  • Gejala: mirip serangan penyakit busuk akar, namun pada rhizoma terdpt garis-garis, atau lingkaran berwarna ungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan pada umbi batang, tanaman sangat tidak sehat.
  • Pengendalian: bagian yg terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman segera dipindahkan ke media tanam baru, yg masih segar & bersih. Usahakan terdpt aliran udara yg lancar di sekitar tanaman.
7.Penyakit busuk
  • Penyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi.
  • Gejala: terdpt bintil-bintil kecil berwarna coklat pada bagian tanaman yg terkena penyakit.
  • Pengendalian: bagian tanaman yg sakit dipotong & dibuang. Media tanaman & seluruh pot didesinfektan dgn larutan formalin 4 % ataupun fungisida/antibiotik Natrippene 0,5 % selama 1 jam.
8.Penyakit bercak coklat
  • Gejala: bercak coklat pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagian tanaman.
  • Pengendalian: membuang semua bagian yg sakit, lalu semprotkan fungisida/ antibiotika Streptomycin atau Physan 20.
9.Penyakit bercak bercincin
  • Penyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum).
  • Gejala: timbul lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun.
  • Pengendalian: hanya dgn pencegahan yakni membuang bagian tanaman yg sakit serta menstrerilkan semua alat potong.
10.Penyakit busuk lunak
  • Penyebab: bakteri Erwinia Cartovora.
  • Gejala: daun & akar membusuk serta berbau. Penyakit ini cepat sekali meluas namun khusus pada rhizoma & umbi batang, penyebarannya agak lambat.
  • Penanggulangan: peralatan kebun harus steril, bagian yg sakit dipotong & dibuang. Semprotkan Physan 20, pot tanaman disemprot dgn formalin 4 %.
11.Penyakit Cymbidium
  • Penyebab: virus Mozaic Cymbidium.
  • Gejala: semula berupa bercak kekuningan lalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Khusus pada Cattleya, bercak tadi berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada gejala kematian jaringan di tengah daun yg dilingkari jaringan normal. Daun tua banyak sekali menunjukkan adanya bintik jaringan yg mati.
  • Pengendalian: hanya bersifat pencegahan yaitu membuang bagian tanaman yg sakit, serta mensterilkan segala alat yg dipakai.
12.Penyakit busuk hitam
  • Penyebab: cendawan Phytopytora Omnivora.
  • Gejala: muncul warna kehitaman
  • pada pangkal daun, lalu melunak & busuk, akhirnya daun mati.
  • Pengendalian: semprotkan fungisida seperti Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban, Physan, Truban atau Banrot. Utk yg berbentuk tepung gunakan dosis 2 gram/2 liter air

Budidaya Bunga Anggrek

Budidaya Anggrek - Budidaya Petani. Bunga Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang bunganya indah, sehingga banyak orang yang mencoba budidaya anggrek secara luas di masyarakat. Mungkin alasan lain orang melakukan budidaya anggrek karena mempunyai nilai ekonomis.
Untuk jenis anggrek bermacam jenisnya ada yang namanya Vanda tricolor yang banyak di daerah Jawa Barat dan Kaliurang, ada yang namanya Vanda hookeriana yang banyak dijumpai di daerah Sumatera. Untuk lebih lengkapnya mengenai Jenis Anggrek ada di link berikut >>Jenis-Jenis Bunga Anggrek
Manfaat Anggrek adalah untuk tanaman hias, selain itu juga dapat digunakan untuk kesehatan misalnya untuk diare. Untuk mengetahui Khasiat dan Manfaat Tanaman Anggrek Untuk Kesehatan dapat dilihat melalui link berikut ini >>Manfaat Tanaman Anggrek Bagi Kesehatan
Bunga anggrek perlu tumbuh secara baik dan optimal sehingga diperlukan suatu syarat untuk tumbuh tanaman anggrek misalnya memperhatikan iklimnya, media tanam anggrek dan ketinggian tempatnya yang cocok. Hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan iklim misalnya suhu yang diperlukan, yang berkaitan dengan media tanam dapat dengan 3 jenis media tanam sedangkan ketinggian tempat yang cocok yaitu dengan memperhatikan apakah termasuk anggrek dingin atau anggrek panas. Tetapi untuk lebih lanjutnya tentang syarat tumbuh tanaman anggrek dapat di lihat di >>Syarat Tumbuh Anggrek
Selain syarat tumbuh di atas tanaman anggrek tentunya harus mengetahui bibitnya yang bagus spt apa, cara penyemaiannya bibitnya bagai mana, cara memindahkannya,dll. Untuk menghemat tempat di halaman ini saya buatkan di halaman lain yang berkaitan dengan hal tsb. Link halaman tsb adl >> Pedoman Budidaya Anggrek
 
Bunga Anggrek seperti halnya dengan tanaman lainnya akan diserang yang namanya hama atau penyakit. Untuk tahu lebih lanjut tentang hama dan penyakit anggrek dapat melelui link ini >>Jenis Hama Penyakit Tanaman Anggrek
Umur tanaman anggrek berbunga, tergantung jenisnya. Umumnya tanaman angrek dewasa berbunga setelah 1-2 bulan ditanam. Tangkai bunga yg dihasilkan kira-kira 2 tangkai dgn jumlah kuntum sebanyak 20-25 kuntum pertangkai. Utk panen bunga anggrek perlu diperhatikan, pemotongan dilakukan pada jarak 2 cm dari pangkal tangkai bunga dgn menggunakan alat potong yg bersih. Bibit anggrek yg sudah dewasa & sesudah 2 bulan tangkai bunga akan menghasilkan 2 tangkai dgn jumlah kuntum 20-25 kuntum/tangkai.
Bunga dipilih yg bagus, tidak kena penyakit ataupun luka. Selanjutnya bunga dikelompokan sesuai dgn kebutuhan berdasarkan tingkat kesegaran atau ukuran bunga dgn maksud utk mempertahanankan nilai jual sehingga bunga yg bagus tidak turun harganya. 
Penyimpanan bertujuan utk memperlambat proses kelayuan bunga, sehingga dilakukan pada saat:
  1. Bunga baru saja dipetik sambil menunggu pemanen selesai.
  2. Bunga yg telah dipanen tidak segera dijual atau diangkut.
  3. Bunga mengalami perjalanan sebelum sampai ke konsumen.
Agar bunga tetap segar perlu adanya pengawetan dgn tujuan agar penurunan mutu lebih lambat bunga tetap segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan dgn cara penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air hangat (38–43 derajat C) selama 2 jam. Larutan bahan pengawet tersebut antara lain:
  • Larutan seven up dgn kadar 30 %.
  • 2 % larutan gula ditambah 2 gram physan (termasuk fungisida) & 1 gram asam sitrat per 10 liter.
  • 2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline sulfat & 1 gram asam sitrat per 10 liter.
  • Larutan gula kadar 4–5 % ditambah 0,2 gram quinolin per liter.
Pengawetan utk bunga yg dikirim jauh adalah dgn merendam tangkainya dalam larutan gula dgn kadar 6–8 % selama 24 jam atau dimasukan dalam kantong plastik & kadar karbon dioksida (CO2) dinaikkan dgn menggunakan es kering atau isimpan pada ruangan dgn kondisi udara antara 0–5 derajat C.
Setelah dilakukan pembersihan, pemilihan & pengawetan bunga dendrobium potong dipak melalui cara:
  • Setiap sepuluh tangkai dibungkus bagian pucuk dgn menggunakan kantong plastik tipis, ukuran disesuaikan tergantung panjang tangkai.
  • Setiap pangkal tangkai dibalut kapas basah, kemudian dibungkus kantong plastik ukuran panjang 8 cm & lebar 4 cm.
  • Pembungkus bunga & pembungkus pangkal tangkai digabungkan selanjutnya diikat dgn karet gelang.
  • Bungkusan-bungkusan bunga disusun bersilang di dalam kotak karton yg berlubang sampai cukup padat.
  • Kotak karton ditutup rapat dgn menggunakan carton tape. 
Baca Juga artikel lainnya tentang Budidaya Buah Belimbing melalui link di bawah ini: 
Budidaya Belimbing

Pedoman Budidaya Tanaman Anggrek

Pedoman Budidaya Tanaman Anggrek - Budidaya Petani. Hal-hal yang diperhatikan dalan membudidayakan tanaman anggrek antara lain
Pembibitan Anggrek
1.Persyaratan Bibit : 
  • Bibit anggrek yg baik, sehat & unggul mempunyai beberapa ciri, yaitu: bentuk batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat & indah.
2.Penyebaran Biji : Bibit anggrek berasal dari biji yg disemaikan. Adapun penyebaran biji anggrek sebagai berikut:
  • Peralatan yg digunakan utk penyebaran biji harus bersih.
  • Mensterilkan biji : Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dgn 10 gram kaporit dilarutkan dalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji dimasukan dalam botol & digojog 10 menit. (biji anggrek yg semula kuning kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang & diganti dgn aquades, digojog berulang kali (2–3 kali).
  • Penyebaran biji anggrek : Botol-botol yg telah disterilkan dpt digunakan utk menyebaran biji anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan di atas lampu spritus utk menghilangkan kuman. Utk memasukan biji anggrek ke dalam botol digunakan pipet yg dibersihkan dulu dgn cara pemanasan di atas lampu spritus sampai merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol yg telah terbuka kemudian diisi biji anggrek & diratakan keseluruh permukaan alas makanan yg telah disediakan. Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi di atas spritus kemudian ditutup kembali.
Teknik Penyemaian Benih :
  • Memeriksaan dgn mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek, yg kosong berwarna putih & yg isi kuning coklat/warna lain.
  • Mempersiapkan botol yg bermulut lebar bersih & tidak berwarna agar dpt meneruskan cahaya matahari yg dibutuhkan & mudah dilihat.
  • Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung diikat tali utk memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yg dipotong potong. Kerapatan tutup botol menjaga agar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak terinfeksi atau terkontaminasi.
  • Mempersiapkan lemari kaca yg bersih dari bakteri/jamur dgn kain yg sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan dgn kapas dipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).
  • Pembuatan sterilsasi alas makanan & utk membuat alas makanan anggrek biasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:C a(NO3)2H2O : 1,00 gram ; KH2PO4 : 0,25 gram; MgSO47H2O : 0,25 gram; (NH4)2SO4 : 0,25 gram; Saccharose : 20 gram; FeSO4 4H2O : 0,25 gram ; MnSO4 : 0,0075 gram ; Agar-agar : 15–17,5 gram ; Aquadest : 1000 cc
Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH meter/kertas pH tekstil/Indikator Paper. Sterilisasi dgn cara dipanaskan dalam Autoclaf yg sampai 110 derajat C selama setengah jam atau dgn dandang kemudian diletakan pada tempat bersih, dgn posisi miring, sehingga makanan setinggi 1/2–2/3 tinggi botol (dari alas sampai ke leher botol) & didiamkan selama 5–7 jam utk mengetahui sterilisasi yg sempurna.
Pemindahan Bibit : Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar, tumbuh akar. Dalam tingkat ini bibit sudah dpt dipindahkan kedalam pot penyemaian yg berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yg berlubang. Siapkan pecahan genting, & akar pakis warna coklat, di potong dgn panjang 5–30 mm sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum dipakai terlebih dulu dicuci bersih & biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci, direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yg berupa: Urea atau ZA : 0,50 mg ; DS, TS atau ES : 0,25 mg ; Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg ; Air : 1000 cc
  • Alaternatif lain sebagai alas makanan, dpt juga dipakai pupuk buatan campuran unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dpt juga digunakan pupuk kandang yg telah dicampur pakis dgn perbandingan pakis: pupuk kandang = 4:1. Selain itu dpt digunakan kulit Pinus yg di potong kecil sebesar biji kacang tanah, yg telah direndam dalam alas makanan seperti akar pakis selama 24 jam. Utk isian pot ini dpt juga digunakan arang kayu bakar/serabut kelapa yg dipotong-potong sebesar ibu jari. Pot yg disiapkan diisi dgn pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah, kemudian isi remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah (tidak perlu dipadatkan). Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dgn mengeluarkan tanaman di botol dgn memasukkan air bersih ke dalam botol. Dgn kawat bersih berujung seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar lebih dahulu). Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian dgn air bersih. Seedlings (semaian) ditanam dalam pot dgn rapat. Apabila di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic (penicillin, streptomycin yg telah lewat expirydatenya) 10 menit baru ditanam.
Pemindahan dari Pot Penyemaian : Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman dipindahkan ke pot biasa yg berdiamater 4–6 cm, yg berisi potongan genting/batu bata merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yg telah direndam dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah tepi pot.
Pengolahan Media Tanam
Media tanam utk tanaman anggrek tanah dibedakan:
  • Tanaman dalam pot (dgn diameter 7-30 cm tergantung dari jenis tanaman). Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang tiang di tengah-tengah pot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan di tengah & akarnya disebar merata dalam pot, kemudian batang anggrek diikat pada tiang. Pot diisi pupuk kandang yg telah dicampur sesuai dgn komposisi kira-kira 2/3 dari pot.
  • Media tanam dalam tanah dgn sistim bak-bak tanam. Bak terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm & tinggi bak 2 lapis batu bata merah. Pembuatan bak ini di atas tanah utk menghindari dari kebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran 40 cm x 2 m & jarak antara pembantas dgn yg lain 3 cm. Tiang penahan dibuat 4 buah yg ditancapkan ke dalam tanah dgn ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang satu dgn yg lain dihubungkan dgn kayu sehingga keempat tiang tersebut mrp suatu rangkaian.
Teknik Penanaman Anggrek
Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dgn sifat hidup tanaman anggrek, yaitu:
  • Anggrek Ephytis adalah anggrek yg menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yg ditumpangi atau ditempelin. Alat yg dipakai utk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yg fungsinya utk mencari makanan adalah akar udara.
  • Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yg menempel pada pohon/tanaman lain yg tidak merusak yg ditempel, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu utk mencari makanan utk berkembang.
  • Anggrek tanah/anggrek Terrestris.
Pemeliharaan Tanaman
  • Penjarangan & Penyulaman : Penjarangan & penyulaman dilakukan pada tempat yg disesuaikan dgn jenis anggrek, yg sifatnya epphytis atau anggrek tanah.
  • Penyiangan : Utk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di dalam botol kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yg sudah disediakan sesuai jenis anggrek.
  • Pemupukan : Unsur makro yaitu unsur yg diperlukan dalam jumlah besar yg meliputi: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Utk unsur mikro yaitu unsur yg dibutuhkan dalam jumlah yg sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro & unsur mikro dpt diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau air & garam-garam yg terlarut di dalamnya. Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
1.Pemupukan utk bibit (seedlings) dgn N, P, K. Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan utk pembentukan pertumbuhan & perkembangan tanaman. Unsur N diambil dari pupuk ZA/urea, utk P dipakai pupuk ES; DS; TS, & K dari Kalium Sulfat (K2SO4). Pupuk-pupuk buatan yg mengandung N, P, K: Urea : 0,6 gram utk 1 liter air; ES : 0,3 gram utk 1 liter air; ZK : 0,1 gram utk 1 liter air

2.Pemupukan utk ukuran sedang (mid-size) dgn N, P, K. Perbandingan N:P:K=3:3:3 yg sama banyak disini tidak memerlukan tambahan pupuk, maka dpt dususun sendiri pupuk yg mengandung N, P, K dgn cara misalnya : Urea : 0,3 gram utk 1 liter air; DS : 0,3 gram utk 1 liter air;  K2SO4 : 0,3 gram utk 1 liter air
3.Pemupukan utk ukuran berbunga (flowerings-size) : Tanaman yg sudah berbunga dipupuk dgn perbandingan N:P:K= 1:6:1. 
Teknik pemberian pupuk buatan adalah:
1.Dalam bentuk padat/powder yg dilakukan dgn menaburkan secara hati-hati, jangan tersangkut pada daun/batangnya yg menyebabkan daun/batang tadi dpt terbakar.
2.Disiramkan, yg mana anggrek dpt menyerap air & garam-garam yg terlarut di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimana-mana.
3.Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan akar didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.Pupuk kandang yg sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam & lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selain mengandung bermacam-macam unsur yg dibutuhkan oleh tanaman juga sangat membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau. Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak bateri yg mengandung jamur. Utk itu dianjurkan disangan lebih dahulu utk menghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan tanaman lebih baik dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul 5.00 sore.
4.Pengairan & Penyiraman : Sumber air utk penyiraman tanaman anggrek dpt berasal dari: 
a).Air Ledeng, baik utk menyiram karena jernih & steril, tetapi pHnya tinggi maka perlu diturunkan dgn menambah suatu asam misalnya HCl. PH yg baik sekitar 5,6-6. 
b).Air sumur, baik utk menyiram karena banyak mengandung mineral dari tanah yg sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harus diperhatikan pHnya.
c).Air hujan, yg ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik utk menyiraman.
d).Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu pasti apakah air itu mengandung jamur, bakteri/lumut yg bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat dari sudut isi makanan mungkin cukup baik. 
Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui sifat-sifat dari isian pot supaya bisa mengatur banyaknya air utk menyiram. 
Adapun macam isian pot & sifat diuraikan sebagai berkut:
  • Pecahan genting/pecahan batu merah, yg mana mudah menguapkan air & sifat anggrek yg tidak begitu senang dgn air sehingga tidak mudah utk lumutan. Utk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih banyak & utk siraman lebih sedikit.
  • 2.Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik utk digunakan di daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau penggunaan di daerah dingin tidak menguntungkan karena mudah busuk.
  • Remukan akar pakis yg hitam, keras & baru tidak mudah utk menyerap air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis yg coklat & lunak lebih mudah menyerap & menahan air.
  • Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali utk penyerapan air, mudah terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan kecil & jika potongan kecil penyerapan air lebih banyak. Bagi tanaman yg sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali musim hujan & 1-3 hari sekali pada musim hujan.
  • Waktu Penyemprotan Pestisida : Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih baik pada sore hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman anggrek sehat, dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi tanaman anggrek terserang hama perlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dgn jangka waktu tertentu (utk kutu) daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida & dosis yg digunakan utk hama antara lain: Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air utk ulat pemakan daun ; Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air utk ulat pemakan daun;.Malathion dosis 3 gram/liter air utk ulat, kumbang, kutu; Kelthane dosis 2 gram/liter air, utk kutu.; Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, utk keong & bekicot air; Falidol E.605 dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, utk keong & bekicot air. Utk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:
1.Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dgn mencampur antara obat Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit.
2.Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur dgn 1 liter air atau 6–8 cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian pot tanaman anggrek direndam dalam larutan tersebut selama beberapa waktu & diulang satu minggu sekali.

Khasiat/ Manfaat Anggrek

Khasiat/ Manfaat Tanaman Anggrek – Budidaya Petani. Beberapa Khasiat & Manfaat Tanaman Bunga Anggrek bagi Kesehatan , umbi Anggrek yg mengandung sekitar 50% resin & gel & bahan-bahan protein & pati sekitar 30%, dekstrin 0,13 juga mengandung ptozenat, sukrosa, kalsium & logam gaffes serta minyak atsiri, 48% bahan cairan akan diceritakan di bawah ini.

Beberapa Khasiat umbi Anggrek :
  • Untuk menghentikan pendarahan rahim, ada pun cara untuk tujuan ini, yaitu dgn mengambil satu sendok teh umbi Anggrek bubuk, kemudian dicampurkan dgn segelas air dingin diletakkan di atas api, aduk hingga merata kemudian tambahkan gula, stelah mendidih atau terlihat meletup-letup angkat dr api dinginkan & minum, maka perlahan perdarahan akan berhenti
  • Untuk menghentikan pendarahan internal di dlm perut (tukak lambung)
  • Di Mesir minumaan tepung putih yg mrp hasil pati dr umbi Anggrek ini, dibuat menjadi minuman dikenal sbg Anggrek Herbal ternyata bermanfaat untuk penyembuhan penyakit musim dingin
  • Sbg tonik
  • Seperti halnya khasiat adas , anggrek digunakan sbg Anti-diare, terutama pada anak-anak
  • Mengobati disetri
  • Di Inggris, Anggrek digunakan sbg obat tuberkulosis & membantu mempercepat pemulihan & vesiculation paru
  • Bergizi & sbg penyegar
  • Obat untuk sakit maag & TBC usus
  • Sari pati Anggrek yg diberi gula, susu & madu sbg makanan untuk anak-anak atau susunya ditambahkan sari pati Anggrek maka dapat membantu pertumbuhan anak-anak dgn cepat, juga berkhasiat menjaga keselamatan gigi & menguatkan tulang serta meningkatkan kekebalan tubuh mereka terhadap penyakit menular
Cara meramunya adl: Umbi Anggrek yg ditumbuk & diambil sari patinya dgn cara menambahkan air & menyaringnya kemudian ditambahkan dgn susu & gula kemudian diberi air & dipanaskan di atas api sampai dia mengental minum 2-3 kali sehari. Dlm kasus perdarahan lambung-maag minum dr 1gelas dosis pertama

Syarat Tumbuh Tanaman Anggrek

Syarat Tumbuh Tanaman Anggrek - Budidaya Petani. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman anggrek supaya dapat tumbuh dengan baik , antara lain:

Iklim

  • Angin tidak & curah hujan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggrek.
  • Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.
  • Suhu minimum utk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C. Jika suhu udara malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan utk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).
  • Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.
Media Tanam

Terdpt 3 jenis media utk tanaman anggrek, yaitu:
A. Media utk anggrek Ephytis & Semi Ephytis terdiri dari:

  • Serat Pakis yg telah digodok.
  • Kulit kayu yg dibuang getahnya.
  • Serabut kelapa yg telah direndam air selama 2 minggu.
  • Ijuk.
  • Potongan batang pohon enau.
  • Arang kayu .
  • Pecahan genting/batu bata.
  • Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman & akarnya. Utk anggrek Semi Epirit yg akarnya menempel pada media utk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk kandang/daun-daunan.
B. Media utk anggrek Terrestria : Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis & lainnya.

C. Media utk anggrek semi Terrestria : Bahan utk media anggrek ini perlu pecahan genteng yg agak besar, ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis & lainnya. Derajat keasaman air tanah yg dipakai adalah 5,2.

Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yg cocok bagi budidaya tanaman ini dpt dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

A. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl) :
Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C pada siang hari, 21 derajat C pada malam hari, dgn daerah ketinggian 0-650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah:
  • Dendrobium phalaenopsis
  • Onchidium Papillo
  • Phaphilopedillum Bellatum
B. Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl) :
  • Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat Celcius & 15–21 derajat Celcius,pada malam hari, dgn ketinggian 150-1500 m dpl.

B. Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl) :
  • Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15-21 derajat C di siang hari & 9–15 derajat C pada malam hari, dgn ketinggian = 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.

Jenis-Jenis Anggrek

Jenis-Jenis Anggrek-Budidaya Petani. Jenis anggrek yg terdpt di Indonesia termasuk jenis yg indah antara lain: 
  • Vanda tricolor terdpt di Jawa Barat & di Kaliurang, 
  • Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, 
  • Anggrek Paphiopedilun praestans yg berasal dari Irian Jaya serta 
  • Anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yg berasal dari Jawa Tengah. 
  • Anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, 
  • Anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, 
  • Anggrek Apple Blossom
Tanaman anggrek berdasarkan sifat hidupnya dibedakan menjadi:
  • Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yg hidup di atas tanah.
  • Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yg menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yg ditumpangi. Alat yg dipakai utk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yg fungsinya utk mencari makanan adalah akar udara.
  • Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yg menempel pada pohon/tanaman lain yg tidak merusak yg ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu utk mencari makanan utk berkembang.

Kamis, 27 September 2012

CARA MENGENDALIKAN HAMA TIKUS SAWAH

9 CARA MENGENDALIKAN HAMA TIKUS SAWAH

Tikus sawah merupakan hama penting tanaman padi yang tiap tahun serangannya lebih dari 17 % dari total luas arel padi. Hal ini disebabkan karena pengendalian hama tikus oleh petani selalu terlambat karena mereka mengendalikan setelah terjadi serangan dan kurangnya monitoring oleh petani.
Pemahaman petani mengenai informasi aspek dinamika populasi tikus, yang menjadi dasar dalam pengendalian juga masih kurang. Kecenderungan petani masih kurang peduli dalam menyediakan sarana pengendalian tikus, organisasi pengendalian yang masih lemah, dan pelaksanaan pengendalian yang tidak berkelanjutan dapat mengakibatkan meningkatnya hama tikus sawah.
Tidak kalah penting adalah masih banyak petani yang mempunyai ”persepsi mistis”. Di lingkungan masyarakat ..., biasanya bila petani melihat tikus, tidak boleh menyebut tikus tetapi disebutnya ”den bagus”. Padahal, pada hakekatnya hal tersebut dapat menghambat dalam usaha pengendalian tikus itu sendiri.
Melihat kondisi di atas, maka perlu Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). Strategi PHTT dilaksanakan berdasarkan pemahaman ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Disamping itu kegiatan pengendalian diprioritaskan pada waktu sebelum tanam (pengenalian dini), untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadium generataif padi; dan pelaksanaan pengenalian dilkukan olehpetani secara bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinasi dalam cakupan skala luas (hamparan).
Setidaknya ada sembilan cara pengendalian hama tikus sawah:
  1. Tanam dan panen serempak. Dalam satu hamparan, diusahakan selisih waktu tanam dan panen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya pakan padi generatif, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus yang terus menerus.
  2. Sanitasi habitat. Dilakukan selama musim tanam padi, yaitu dengan cara membersihkan gulma dan semak-semak pada habitat utama tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang, parit, saluran irigasi, dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebat pematang) kurang 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat bersarang.
  3. Gerakan bersama (gropyokan massal). Gerakan ini dilakukan serentak pada awal tanam melibatkan seluruh petani. Gunakan berbagai cara untuk menangkap/membunuh tikus seperti penggalian sarang, pemukulan, penjeratan, pengoboran malam, perburuan dengan anjing, dan sebagainya.
  4. Fumugasi/pengemposan. Fumigasi dapat efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi.
  5. Trap Barrier System (TBS). TBS dengan tanaman perangkap diterapkan terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam serempak. TBS berukuran 20 x 20 m dapat mengamankan tanaman padi dari serangan tikus seluas 15 ha.
  6. Linier Trap Barrier System (LTBS). LTBS berupa bentangan pagar plastik/terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap jarak 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m dengan pintu masuk tikus berselang-seling arah. LTBS dipasang di daerah perbatasan habitat tikus atau pada saat ada migrasi tikus. Pemasangan dipindahkan setelah tidak ada lagi tangkapan tikus atau sekurang-kurangnya di pasang selama 3 malam.
  7. Memanfaatan musuh alami. Cara termudah ini adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain.
  8. Rodentisida, yang merupakan cara kedelapan ini, digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan.
  9. Cara pengendalian lokal lainnya dengan memanfaatkan cara pengendalian tikus yang biasa digunakan petani setempat, seperti penggenangan sarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian, dan cara-cara lainnya.
Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi.
Disamping itu monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar.

Cara Mengendalikan Hama Tikus

Upaya pengendalian hama tikus yang umum dilakukan adalah : pengemposan, pemberian racun, gropyokan, perangkap, dan penggunaan musuh alami. Berikut akan diuraikan tentang beberapa cara pengendalian hama tikus :
1. Pengemposan
Pengemposan dilakukan dengan cara memberikan asap belerang pada lubang-lubang tikus dengan tujuan agar tikus yang berada dalam lubang tersebut keracunan yang pada akhirnya akan mati. Cara ini cukup efektif dalam mengendalikan hama tikus secara langsung. Namun bila lokasi tikus berada jauh di dalam sedangkan gas belerang yang dimasukkan tidak mencapainya, cara ini tidak akan berhasil. Selain itu cara pengemposan ini cukup mahal.
2. Pemberian Racun
Penggunaan Racun adalah cara yang paling banyak digunakan petani dalam mengendalikan tikus. Penggunaan racun ini dilakukan dengan memberikan rodentisida pada makanan tikus sebagai umpan,penggunaan racun ini selain kurang efektif karena jika ada tanaman padi tikus sudah malas makan umpan dan juga akan membunuh musuh alami yang memakan tikus ini.
3. Perangkap
Banyak alat-alat yang dapat dirancang untuk menangkap tikus. Dengan menggunakan perangkap ini selain murah, juga aman bagi manusia maupun bagi musuh alaminya. Namun demikian, pemakaian alat perangkap ini harus memperhatikan jenis umpan yang digunakan. Terkadang tikus jeli terhadap suatu umpan atau hapal pada suatu jebakan. Oleh kerana itu diperlukan adanya variasi umpan dan jebakan yang tidak mudah dihapal tikus. Penggunaan umpan yang mencolok seperti ubi-ubian yang dipasang pada tanaman palawija yang belum menghasilkan umbi akan menarik perhatian tikus. Beberapa perangkap tikus yang sering digunakan antara lain : perangkap kawat, perangkap jepit, jala kremat, lubang bambu, dan lain-lain.
4. Gropyokan
Gropyokan adalah gerakan pembasmian hama yang dilakukan secara massal dengan cara pemburuan bersama-sama. Pengendalian gropyokan melibatkan seluruh masyarakat. Sistem gropyokan ini lebih efektif bila hasil tangkapannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain atau ada upah bagi yang menangkap hama. Pemanfaatan hasil tangkapan merupakan salah satu faktor yang dapat memotivasi semaraknya sistem gropyokan. Hama tikus yang berhasil ditangkap dapat dimanfaatkan kulitnya untuk menjadi bahan kulit. Sayangnya di Indonesia sistem gropyokan hanya dilakukan pada awal-awal tanam atau saat tertentu saja 

 (klik link dibawah ini untuk melanjutkan membaca langsung dari sumbernya),
 

TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA KEONGMAS

  TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA KEONGMAS

Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus terpenuhi kecukupannya untuk menunjang kelangsungan hidup sebahagian besar penduduk Indonesia. Salah satu upaya untuk mempertahankan kecukupan pangan adalah melalui pengendalian faktor-faktor pembatas. Salah satu faktor pembatas yang penting adalah serangan hama penyakit.
Keongmas merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Di Daerah Istimewa Aceh misalnya, keongmas telah menjadi hama utama, terutama pada areal sawah beririgasi. Tingkat serangan hama tersebut pun tergolong cukup tinggi. Serangan berat umumnya terjadi di persemaian sampai tanaman berumur dibawah 4 MST. Pada tanaman dewasa, gangguan keongmas hanya terjadi pada anakan sehingga jurnlah anakan produktif menjadi berkurang.
Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7-4 hari. Disamping itu, satu ekor keongmas betina mampu menghasilkan 15 kelompok lelur selama satu siklus hidup (60-80 hari), dan masing-masing kelompok telur berisi 300-500 butir. Seekor keongmas dewasa mampu menghasilkan 1000-1200 telur per bulan.
Hama keongmas termasuk sulit untuk dibasmi secara tuntas. Bila pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida, keongmas memang dapat terbunuh, tetapi cangkang atau rumahnya akan tertinggal di dalam tanah dan menimbulkan masalah bagi petani yaitu melukai telapak kaki apabila petani masuk ke areal sawah, sehingga petani perlu kegiatan tambahan untuk mengumpulkan cangkang di areal yang telah diberi pestisida.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (tahun 1999 dan 2000) menunjukkan bahwa pengendalian dengan bahan kimia, biologi, dan mekanik secara statistik tidak berbeda nyata. Hasil kajian terhadap lingkungan, kepraktisan kerja, mudah dilaksanakan, dan murah, maka pengendalian keongmas dianjurkan dengan cara pemungutan berkala (seminggu 3 kali), pemberian umpan perangkap, pemasangan perangkap telur, dan pelepasan itik ke lahan sawah. Beberapa cara pengendalian di atas, mampu mengendalikan perkembangan hama ini sehingga tidak menimbulkan kerusakan terhadap tanaman padi, dan populasinya di bawah ambang ekonomi. Dibawah ini adalah beberapa teknologi pengendalian hama keongmas yang dianjurkan:

1.      Pemasangan Perangkap Telur dan Pemungutan secara Berkala
            Usaha pengendalian hama keongmas merupakan salah proses dengan tujuan menekan populasi hama sekecil mungkin ataupun penekanan sampai di bawah batas ambang kerusakan ekonomi. Salah satu  teknologi pengendalian yang telah dianggap efektif, murah dan dapat dilaksanakan oleh petani serta berwawasan lingkungan adalah pengendalian dengan menggunakan tiang-tiang perangkap telur dan pemungutan hama secara berkala (3 kali seminggu) sampai umur padi  4 minggu setelah tanam.
Tiang perangkap telur dapat digunakan dari bahan kayu, bambu, pelepah rumbia, atau ranting-ranting kayu. Panjang tiang perangkap tersebut berkisar antara 1-1,5 meter dengan diameternya sekitar 1-3 cm atau lebih. Tiang perangkap ditancapkan dalam petakan sawah pada kawasan jarak pematang antara 1-3 meter dan jarak antar tiang perangkap telur 3 meter. Jumlah tiang perangkap telur tidak terbatas, sehingga makin banyak tiang perangkap telur dipasang, maka diharapkan makin banyak pula kelompok telur yang diletakkan. Telur yang ada pada tiang perangkap dibuang secara berkala (seminggu sampai dua kali) dengan cara melepaskannya dari tiang perangkap dan selanjutnya dibenamkan ke dalam air atau lumpur.
Satu kelompok telur yang dimusnahkan sama artinya dengan pemusnahan 300-500 keongmas apabila kelompok telur tersebut berhasil menetas. Pembuangan kelompok telur keongmas dilakukan secara rutin sehinga perkembangannya secara lambat laun dapat ditekan, sehingga populasi hama ini selalu berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomi. Dalam usaha pengendalian tersebut sangat diharapkan dilakukan secara serentak dalam kelompok, karena bila dilakukan secara individu pengendalian cara ini tidak banyak memberi arti. Telah diketahui bahwa hama ini bermigrasi melalui air irigasi dan masuk ke petak sawah melalui pintu-pintu air sehingga perkembangannya akan pesat kembali. Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7-14 hari. Artinya, dalam tenggang waktu satu minggu, hama ini telah banyak kembali walaupun pada tahap tersebut hama ini masih dianggap berukuran kecil tetapi beberapa minggu kemudian serangannya sangat ganas.

2.      Pemberian Umpan Perangkap dan Pemungutan secara Berkala
            Pengendalian dengan umpan perangkap serta dikombinasikan dengan pemungutan keongmas secara berkala baik di areal sawah maupun pada umpan perangkap merupakan salah satu cara yang juga dapat menekan populasi hama tersebut. Apalagi pemberian umpan perangkap dan clikombinasikan pula dengan pemasangan perangkap telur sangat besar pengaruhnya terhadap penekanan populasi hama keongmas. Umpan perangkap keongmas dapat menggunakan daun, tangkai, dan batang pepaya, daun kuda-kuda (on geureundong pageu), dan lain-lain. Makanan perangkap tersebut diletakkan secara berjejer di dalam petakan sawah baik sebelum tanam maupun setelah ditanami padi sampai padi berumur 5 minggu setelah tanam. Hal ini tergantung pada banyaknya keongmas yang terdapat di petakan sawah. Jarak antara umpan perangkap dengan yang lain antara lain l-2 meter banyaknya umpan perangkap yang diberikan tergantung pada persedian umpan dan populasi hama tersebut. Untuk memudahkan pemungutan, umpan perangkap sebaiknya ditempatkan dekat dengan pematang.
Makin banyak pemberian umpan perangkap lebih sehingga hama tersebut akan berkumpul pada umpan perang dan lebih mudah dipungut. Selanjutnya keongmas yang terdapat pada umpan perangkap dipungut dan dibuang secara berakala. Sangat dianjurkan keongmas hasil pungutan tersebut diberikan sebagai tambahan pakan itik. Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian perlu pula dikombinasikan dengan pemasangan perangkap telur, sehingga keongmas dan kelompok telur menempel baik pada tiang atau di tempat lain segera di dengan demikian kombinasi perlakuan tersebut akan menjadi efektif.

3.      Pelepasan Itik di Areal Sawah
Pengendalian cara ini merupakan pengendalian alamiah dimana itik dilepaskan ke areal sawah setelah ditanami padi dengan tanaman berumur 45 hari setelah tanam. Itik dapat mengendalikan hama keongmas sehingga tidak merusak tanaman. Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian, areal sawah dibuat macak-macak sampai tergenang dengan ketinggian air 5 cm. Itik dilepaskan ke areal sawah dan selanjutnya akan memangsa keongmas (ukuran kecil dan sedang) serta membunuh keong besar. Dalam satu hektar dapat dilepaskan itik sekitar 25 ekor lebih. Pelepasan itik dilakukan pagi dan sore hari. Sesungguhnya pelepasan itik ke lahan sawah memberi manfaat ganda. Pertama perkembangan keongmas dan hama-hama lain dapat terkendali dan ke dua, dapat memperbaiki aerasi di sekitar perakaran Keadaan tersebut dapat memperbanyak anakan produktif produksi tanaman menjadi lebih banyak.


PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TANAMAN SECARA TERPADU


http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/berita/info-aktual/512-pengendalian-hpt



PTT (PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU) PADI SAWAH

PTT (PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU) PADI SAWAH

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) Padi sawah
Budidaya Padi Melalui PTT
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah merupakan sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi padi. Hal ini dilatarbelakangi karena beras sebagai bahan pangan yang berasal dari padi merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang strategis untuk dikembangkan.

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani padi sawah dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang dan dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Pengelolaan Tanaman Terpadu atau PTT padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat.
Sebagai salah satu upaya maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah didasarkan pada empat prinsip, yaitu :
  • Terpadu ; bukan merupakan teknologi maupun paket teknologi tetapi merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
  • Sinergis ; memanfaatkan teknologi pertanian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi.
  • Spesifik lokasi ; memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi pertanian setempat.
  • Partisipatif ; petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kemampuan petani dan kondisi setempat melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.
Dalam penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional karena petani secara bertahap dapat memilih sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan petani dan keadaan setempat untuk diterapkan dengan mengutamakan efisiensi biaya produksi dan komponen teknologi yang saling menunjang untuk diterapkan.

KOMPONEN TEKNOLOGI PTT PADI SAWAH
Komponen teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah dirakit berdasarkan kajian kebutuhan dan peluang (KKP) yang akan mempelajari permasalahan yang dihadapi petani dan cara-cara mengatasi permasalahan tersebut dalam upaya meningkatkan produksi sehingga komponen teknologi yang dipilih akan sesuai dengan kebutuhan setempat.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi yang dikelompokkan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.
Komponen teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang efisien sebagaimana menjadi tujuan dari PTT. Komponen teknologi dasar PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah meliputi :
  • Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan bernilai ekonomi tinggi yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan dan keinginan petani
  • Benih bermutu dan berlabel/bersertifikat
  • Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
  • Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).
Sedangkan komponen teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas. Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia ataupun dari pengalaman petani sendiri. Komponen teknologi pilihan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah meliputi :
  • Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
  • Penggunaan bibit muda (< 21 HSS)
  • Tanam dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1 – 3 bibit perlubang
  • Pengaturan populasi tanaman secara optimum (jajar legowo)
  • Pemberian bahan organik berupa kompos atau pupuk kandang serta pengembalian jerami ke sawah sebagai pupuk dan pembenah tanah
  • Pengairan berselang (intermiten irrigation) secara efektif dan efisien
  • Pengendalian gulma dengan landak atau gasrok
  • Panen dan penanganan pasca panen yang tepat.
Perpaduan komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan produktivitas padi dengan didasarkan pada pendekatan yang partisipatif.

TEKNIS PELAKSANAAN PTT PADI SAWAH
Berikut akan diuraikan teknis budidaya padi sawah melalui pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) dengan menggabungkan komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan.
A. Pengolahan Tanah Sesuai Musim dan Pola Tanam
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna dengan dua kali pembajakan dan satu kali garu atau minimal, atau tanpa olah tanah. Pemilihan cara yang akan dilakukan disesuaikan dengan keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam dan jenis/struktur tanah.
Dua minggu sebelum pengolahan tanah, taburkan bahan organik secara merata di atas hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang (2 ton/ha) atau kompos jerami (5 ton/ha).
B. Varietas Unggul
Dalam PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah pemilihan varietas merupakan salah satu komponen utama yang mampu meningkatkan produktivitas padi. Varietas padi yang akan ditanam dipilih varietas unggul baru (VUB) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, tahan serangan penyakit, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi serta memiliki kualitas rasa yang dapat diterima pasar.
Varietas unggul baru (VUB) dapat berupa padi inbrida seperti ciherang, mekongga, inpari (10, 11,13) atau hibrida seperti rokan, hipa 3, bernas super dan intani. Tanam varietas unggul baru ini secara bergantian untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit.
C. Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah diatas 80 % (vigor tinggi), bebas dari biji gulma, penyakit dan hama atau bahan lain. Gunakan selalu benih yang telah memiliki sertifikasi atau label untuk mendapatkan benih dengan tingkat kemurnian tinggi dan berkualitas atau benih bermutu yang diproduksi oleh petani.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan untuk menyeleksi atau memilih benih bermutu agar didapatkan benih yang benar-benar berkualitas (bernas) dan vigor tinggi dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gram garam dapur dalam 1 liter air) atau larutan pupuk ZA (1kg pupuk ZA dalam 2,7 liter air). Benih dimasukkan ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (volume larutan 2 kali volume benih) kemudian diaduk dan benih yang mengambang atau terapung di permukaan larutan dibuang.
Cara sederhana dapat dilakukan dengan merendam benih dalam larutan garam dapur menggunakan indikator telur. Telur mentah (bisa telur ayam atau bebek) dimasukkan ke dalam air, kemudian masukkan garam sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai telur terapung ke permukaan. Kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam larutan garam. Benih yang mengapung dibuang dan benih yang tenggelam selanjutnya dicuci sampai bersih dari garam untuk disemai.
Untuk keperluan penanaman seluas 1 hektar benih yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak 20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air sampai bersih dari garam kemudian direndam dengan air bersih selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung atau wadah lainnya selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan membasahi wadah dengan air.
Untuk benih padi hibrida tidak diberi perlakuan perendaman dalam larutan garam tetapi langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam.
Lahan persemaian untuk 1 hektar luasan lahan pertanaman sebaiknya 400 meter persegi (4% dari luas tanam) dengan lebar bedengan 1 – 1,2 meter dan antar bedengan dibuat parit sedalam 25 – 30 cm. Saat pembuatan bedengan taburkan bahan organik 2 kg /meter persegi seperti kompos, pupuk kandang atau campuran berbagai bahan antara lain kompos, pupuk kandang, serbuk kayu, abu dan sekam padi. Tujuan pemberian bahan organik ini untuk memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi.
D. Sistem Tanam
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan tanam menggunakan bibit muda atau kurang dari 21 HSS (hari setelah sebar) dan jumlah bibit 1 – 3 batang per lubang karena bibit lebih muda akan menghasilkan anakan lebih banyak dibanding menggunakan bibit lebih tua.
Pada daerah endemik keong untuk mengantisipasi serangan keong dapat menggunakan bibit lebih dari 21 HSS tetapi dianjurkan tidak lebih dari 25 HSS. Masa kritis serangan keong berada pada 21 hari setelah sebar dan 10 hari setelah pindah tanam.
Tanam dilakukan dengan kondisi lahan jenuh air (ketinggian air kurang lebih 2 cm dari permukaan tanah macak-macak) dengan jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Gunakan jarak tanam yang beraturan seperti model tegel 20 X 20 cm (25 rumpun/meter persegi) atau 25 X 25 cm (16 rumpun/meter persegi). Pengaturan jarak tanam dapat dilakukan dengan menggunakan caplak atau tali sebagai mal.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan untuk mengatur jarak dan populasi tanaman dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo adalah sistem tanam dengan pengaturan jarak tanam tertentu sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan penerapan sistem tanam jajar legowo karena adanya keuntungan dan kelebihan yang lebih dibanding dengan sistem tanam konvensional (tegel) diantaranya yaitu :
  • Adanya efek tanaman pinggir
  • Sampai batas tertentu semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai persatuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen
  • Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong atau mina padi
  • Pengendalian hama, penyakit dan gulma menjadi lebih mudah
  • Dengan areal pertanaman yang lebih terbuka dapat menekan hama dan penyakit
  • Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Sistem tanam jajar legowo yang dapat diterapkan adalah sistem tanam jajar legowo 2 : 1 atau 4 : 1 dan penyulaman tanaman dapat dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam).
E. Pengairan Berselang (Intermittent Irrigation)
Pengairan dilakukan dengan sistem pengairan berselang (intermittent irrigation). Pengairan berselang adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian yang bertujuan untuk :
  • Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi lebih luas
  • Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam karena akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak
  • Mencegah timbulnya keracunan besi
  • Mencegah penimbunan asam organik dan gas hidrogen sulfida yang menghambat perkembangan akar
  • Mengaktifkan jasad renik (mikrobia tanah) yang bermanfaat
  • Mengurangi kerebahan
  • Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah)
  • Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
  • Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
  • Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Teknis penerapan pengairan berselang dilakukan pada saat tanaman berumur 3 HST (hari setelah tanam) dimana petakan sawah diairi dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air sampai kondisi air di petakan habis dan tanah mengering sedikit retak. Baru pada hari ke 4 (7 HST) petakan sawah diairi kembali hingga genangan air setinggi 3 cm dan tidak ada penambahan air sampai kondisi air dipetakan habis dan tanah menjadi mengering sedikit retak kembali. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.
Pada saat mulai fase pembentukan malai (bunting) sampai pengisian biji petakan sawah digenangi terus. Petakan dikeringkan kembali saat 10 – 15 hari sebelum panen.
Pada tanah yang cepat menyerap air atau berpasir selang waktu pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi selang waktu pengairan dapat diperpanjang yaitu dengan selang waktu 5 hari.
Pengairan berselang secara efektif dan efisien hanya dapat dilakukan pada areal sawah irigasi teknis yang dapat dengan mudah mengatur masuk dan keluarnya air pada areal persawahan. Pada sawah-sawah yang sistem drainasenya tidak baik (sulit dikeringkan) atau sawah tadah hujan pengairan berselang (intermittent irrigation) tidak perlu diterapkan.
F. Pemupukan Berimbang
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menerapkan pemupukan berimbang secara efektif dan efisien sesuai kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Pemupukan berimbang adalah pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman adalah unsur N (nitrogen ; dalam bentuk pupuk urea), P (phospat ; dalam bentuk pupuk TSP/SP36) dan K (kalium ; dalam bentuk pupuk KCL).
Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan bagan warna daun (BWD). Bagan warna daun adalah sebuah alat untuk mengukur tingkat kebutuhan N tanaman dengan mengukur skala tingkat kehijauan warna daun sehingga dapat diketahui jumlah kebutuhan unsur hara N tanaman.
Nilai pembacaan bagan warna daun (BWD) digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman.
Pemberian pupuk awal N diberikan pada umur tanaman sebelum 14 HST ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Dosis pupuk awal N (urea) untuk padi varietas unggul baru adalah 50 – 75 kg/ha, sedangkan untuk padi tipe baru dengan dosis 100 kg/ha. Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang pemupukan kedua (tahap anakan aktif ; umur 21 – 28 HST) dan pemupukan ketiga (tahap primordia ; umur 35 – 40 HST). Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru pembacaan BWD juga dilakukan pada saat tanaman dalam kondisi keluar malai dan 10 % berbunga.
Pemupukan dilakukan dengan cara disebar/ditabur merata di seluruh permukaan tanah. Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam air sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup.
Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Status hara tanah P dan K dapat ditentukan dengan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Tiap wilayah telah memiliki dosis rekomendasi pemupukan P dan K yang berdasarkan pada uji tanah sawah yang dilakukan oleh instansi terkait (Balai Penyuluhan/Dinas Pertanian).
Terdapat tiga skala tingkatan status hara tanah P dan K pada suatu lahan sawah yaitu tinggi, sedang dan rendah sebagaimana termuat dalam tabel di bawah ini :
Rekomendasi Pemupukan P dan K
Pupuk P diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemupukan N yang pertama pada 0 – 14 HST. Pupuk K pada lahan sawah dengan status hara tanah P dan K rendah (dosis 100 kg/ha KCL) diberikan 50 % sebagai pupuk dasar (pemupukan pertama) dan sisanya diberikan pada masa primordia.
Pada lahan sawah dengan status hara tanah P dan K sedang – tinggi (< 50 kg KCL/ha) pupuk K diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar (0 – 14 HST).
G. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma atau penyiangan adalah kegiatan membersihkan pertanaman dari rumput dan tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (gulma) di areal pertanaman karena dapat mengganggu perkembangan tanaman pokok. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat gasrok (landak) atau menggunakan herbisida.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah lebih menganjurkan melakukan penyiangan dengan menggunakan alat gasrok karena sinergis dengan pengelolaan lainnya dan lebih memiliki keuntungan yaitu :
  • Ramah lingkungan
  • Hemat tenaga kerja sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan penyiangan menggunakan tangan
  • Memberikan sirkulasi udara ke dalam tanah sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman
  • Apabila dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke dalam tanah sehingga pemberian pupuk menjadi efisien.
Penyiangan menggunakan gasrok dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 10 – 15 HST
  • Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10 – 15 HST dan diulangi 10 – 25 hari kemudian
  • dilakukan pada kondisi air macak-macak dengan ketinggian 2 – 3 cm
  • Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan
  • Dilakukan dua arah yaitu diantara dan di dalam barisan tanaman.
Pengendalian gulma atau penyiangan secara manual hanya efektif dilakukan apabila air di petakan sawah dalam kondisi macak-macak atau tanah jenuh air. Jika kondisi tidak memungkinkan dilakukan penyiangan/pengendalian gulma secara manual dan populasi gulma sudah tinggi maka pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida.
H. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT)
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam dan tidak menimbulkan kerugian yang besar.
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan perpaduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit diantaranya dengan melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat menjadi lebih tepat.
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dapat dilakukan dengan menggunakan strategi diantaranya :
  • Gunakan varietas tahan hama dan penyakit
  • Tanam tanaman yang sehat
  • Memanfaatkan musuh alami
  • Pengendalian secara mekanik (menggunakan alat) dan fisik (menangkap)
  • Penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan dilakukan tepat sesuai dosis, sasaran dan waktu.
I. Panen dan Pasca Panen
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah sangat memperhatikan proses penanganan panen dan pasca panen. Panen dan pasca panen harus ditangani secara baik dan benar karena penanganan panen dan pasca panen yang tidak baik dan benar dapat menyebabkan kehilangan hasil 4 – 18 %.
Untuk mendapatkan butir padi dan beras dengan kualitas baik perlu memperhatikan ketepatan waktu panen. Panen terlalu cepat dapat menimbulkan prosentase butir hijau tinggi yang berakibat sebagian butir padi tidak berisi atau rusak saat digiling. Panen terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan tercecer di sawah atau beras pecah saat digiling.
Umur tanaman padi mungkin berbeda antara varietas satu dengan varietas yang lainnya sehingga hal ini juga perlu diperhatikan. Hitung sejak padi berbunga biasanya panen dilakukan pada 30 s/d 35 hari setelah padi berbunga. Jika malai telah menguning 95 % segera lakukan pemanenan.
Panen dilakukan dengan cara memotong padi menggunakan sabit bergerigi 10 – 15 cm dari atas permukaan tanah atau dari pangkal malai jika akan dirontok dengan power thresser. Panen sebaiknya dilakukan secara berkelompok (15 – 20 orang) yang dilengkapi dengan alat perontok. Dengan cara ini maka tingkat kehilangan hasil pada saat panen dapat dikurangi.
Gunakan plastik atau terpal sebagai alas padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok. Sesegera mungkin padi dirontokan, apabila panen dilakukan pada waktu pagi hari sebaiknya sore harinya segera dirontokkan karena perontokkan yang dilakukan lebih dari dua hari dapat menyebabkan kerusakan beras.
Perlu diperhatikan juga jika perontokkan padi dilakukan dengan cara tradisional (di-gepyok) maka gunakan alas dari plastik atau terpal yang lebarnya mencukupi dan bagian pinggir plastik atau terpal dilipat keatas yang berfungsi sebagai dinding untuk menahan butir padi terlempar keluar dari alas sehingga dapat mengurangi kehilangan hasil.
Proses selanjutnya adalah penanganan pasca panen. Gabah yang sudah dirontokkan dijemur di atas lantai jemur atau jika tidak ada bisa menggunakan terpal. Gabah dijemur dengan ketebalan 5 – 7 cm dan dilakukan pembalikan setiap 2 jam sekali hingga kering. Gabah kering jika tidak langsung digiling harus disimpan di tempat yang bersih dalam lumbung/gudang yang bebas hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Gabah yang akan dikonsumsi agar diperoleh beras dengan kualitas baik disimpan dengan kadar air 14 %. Sedangkan gabah yang akan digunakan sebagai benih disimpan dengan kadar air 12 %.
Gabah yang akan disimpan dalam waktu lama harus memiliki kadar air yang lebih rendah. Untuk penyimpanan 4 – 6 bulan gabah harus memiliki kadar air 12 % dan apabila disimpan selama 7 – 12 bulan kadar air gabah 11 %.
Yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah adalah tempat penyimpanan dan wadah yang digunakan untuk mengemas gabah. Gudang atau tempat penyimpanan harus bersih dari kotoran dan hama, dapat melindungi gabah dari hama seperti tikus dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
Wadah pengemas dapat menggunakan kemasan karung, kemasan plastik dan kemasan yute. Kemasan harus dapat melindungi gabah dari hama, kerusakan fisik terhadap goncangan dan mudah dipindahkan. Simpan gabah dengan ditata rapi secara bertumpuk dan mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sebaiknya kemasan atau karung disimpan tidak langsung menempel pada dinding karena dapat mempengaruhi kelembaban padi dalam kemasan.
Pencegahan dan pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara fumigasi. Penggunaan insektisida jangan langsung disemprotkan pada butiran gabah karena dapat mempengaruhi kualitas gabah.
Gabah yang sudah disimpan jika akan digiling diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum digiling untuk menghindari butir beras pecah.

PENUTUP
Sekali lagi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah bukan bersifat teknologi tetapi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam usaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam usaha usaha tani padi.
Pada prinsipnya PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) lebih bersifat spesifik lokasi dan partisipatif sehingga semua teknis yang telah diuraikan di atas tidak harus mutlak untuk diterapkan di seluruh daerah. Petani di tiap-tiap dengan didampingi tenaga teknis dari instansi terkait dapat memilih sendiri komponen teknologi yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi lingkungan setempat.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah diterapkan dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi dengan menerapkan efisiensi dan efektifitas dalam usaha tani padi sawah dengan memperhatikan sumber daya alam, kearifan lokal dan kelestarian lingkungan hidup.
Akhirnya supaya penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) dalam budidaya padi sawah dan usaha tani lainnya dapat berjalan dengan baik dan benar maka diperlukan kerjasama dan bimbingan yang intensif dari semua pihak yang terkait demi terwujudnya peningkatan produksi beras nasional dalam menunjang ketahanan pangan dan swasembada beras pada khususnya.
Sumber pustaka :
Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Usaha Tani Padi Dengan Pendekatan PTT, Jakarta : Kementerian Pertanian, 2011
Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Budidaya Padi, Jakarta : BPSDM Pertanian, 2011
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Petunjuk Teknis PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah, Semarang : Set – BAKORLUH Jawa Tengah, 2010
Penatanian.Blogspot.COM, Tata Cara Penyimpanan, Pengemasan maupun Pelabelan Gabah atau Beras Secara Baik dan Benar, 2011
Sumber foto : blog.ub.ac.id